Bisnis.com, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 memberi banyak dampak psikologis seperti ansietas (cemas berlebihan), depresi (sedih mendalam), insomnia (gangguan tidur) dan fear of contagion (obsesi-kompulsif) hingga ide untuk bunuh diri.
Dokter Hafid Algristian, spesialis kejiwaan mengatakan bahwa pada umumnya faktor pencetus ini berupa hal-hal sepele yang dalam kondisi biasa bisa diabaikan, tetapi menjadi rumit karena dua kondisi seperti kondisi sebelum pandemi yakni riwayat depresi atau masalah kejiwaan sebelumnya dan kondisi saat pandemi yakni ketidakpastian, isolasi, masalah keuangan.
Kelompok yang rentan di masa pandemi adalah individu dengan riwayat masalah mental sebelumnya, individu dengan pekerjaan berisiko tertular, individu dengan pekerjaan berat yang sulit jika harus bertahan di rumah, individu yang tinggal di zona merah, individu dengan manajemen stress kurang baik dan individu dengan keluarga, teman, kerabat dekat yang wafat akibat Covid-19.
“Mereka ini sering tampak fine-fine saja tapi dalam hatinya menyimpan kegelisahan yang suatu saat bisa meledak,” tuturnya via Instagram @dokterhafid, Selasa (10/11/2020).
Faktor penyebabnya adalah dengan pembatasan sosial yakni ruang gerak dibatasi, stigma dan diskriminasi terhadap pasien dan keluarga, ketidakpastian keadaan tidak tahu siapa yang sakit, tidak tahu kapan pandemi akan berakhir dan masalah ekonomi yang diperparah oleh ketidakpastian dan isolasi sosial. Hal ini menyebabkan distres, tekanan, frustasi konflik dan krisis.
“Faktor pencetusnya ibarat pelatuk, bendanya kecil tapi bikin ledakan. Masalahnya sepele tapi jadi ribet. Sebenarnya bukan orangnya yang ribet, tapi keinginannya sulit dipahami sehingga orang lain bisa salah paham. Perlu sama-sama terbuka, kalau hal ini dibiarin terus menerus, layanan kesehatan pun jadi debat kusir dan lainnya,” katanya.
Ia juga menuturkan bahwa ada sebuah laporan kasus tentang ide-ide bunuh diri yang dipicu halusinasi. Beberapa mekanisme munculnya ide dan percobaan bunuh diri pada kasus Covid-19 antara lain: Masalah psikososial, stigma dan diskriminasi. Psikotik singkat akibat hipoksia atau infeksi virus, infeksi virus pada otak memicu halusinasi, bekas luka di otak yang bisa sebabkan gejala seperti ansietas, depresi.