Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi menilai bahwa perusahaan akan terus menerapkan sistem kerja secara jarak jauh atau remote dalam beberapa waktu mendatang.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo), Edward Ismawan Chamdani mengatakan bawa transformasi digital selama pandemi Covid-19 telah memaksa masyarakat untuk lebih dekat dengan teknologi.
“Bekerja remote pasti terjadi dan kemungkinan berlanjut, adanya PSBB memaksa pekerja beralih ke digital dan efeknya mereka yang telah merasakan akhirnya membuat perusahaan ada yang memiliki keinginan untuk mempertahankan pola tersebut. Bahkan, survei kami menyebutkan lebih dari 50 persen ingin tetap remote,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (26/11/2020).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa untuk kasus perusahaan rintisan (startup) justru sudah terbiasa untuk bekerja secara jarak jauh.
“Bahkan, di kondisi pandemi mereka (startup) meningkatkan kinerja dengan membeli software tambahan untuk mempermudah bekerja secara remote dan ini sudah terjadi. Sedangkan, untuk perusahaan konvensional ke depan akan mengombinasikan kedua pola ini bekerja di kantor dan dari rumah," ujarnya.
Sementara itu, pendiri Asosiasi Digital Kreatif Indonesia (Aditif) Saga Iqranegara mengatakan bahwa akan banyak perusahaan baik rintisan dan konvensional yang memutuskan memperpanjang bekerja remote.
“Akan diperpanjang karena terbukti bisa menekan pengeluaran. Bagi startup tahap awal ini sangat penting untuk memastikan nafas mereka lebih panjang dan digunakan ke hal yang lebih perlu,” ujarnya.
Saga pun melihat bahwa startup merupakan tipe perusahaan yang paling siap untuk menerapkan sistem kerja remote karena secara natural sebagian besar pekerjaan bisa dilakukan jarak jauh.
“Tren akan terus berlanjut entah sampai kapan. Saya yakin akan semakin banyak perusahaan yang menerapkan remote working policy, yang lebih menekankan pada delivery tugas daripada menghitung waktu kerja,” katanya.