Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal medRxiv memprediksi infeksi baru virus corona di Amerika Serikat akan dipangkas lebih dari empat kali lipat dalam satu tahun apabila 40 persen dari populasi di negara itu divaksinasi.
Kata penulis studi, Meagan Fitzpatrick dengan demikian rawat inap dan kematian akibat Covid-19 juga akan diminimalisir apabila 40 persen populasi divaksinasi. Setidaknya rawat inap di ICU dan non-ICU akan turun lebih dari 85 persen. Sementara kematian akan turun lebih dari 87 persen dibandingkan dengan skenario selama setahun tanpa vaksinasi.
"Strateginya sekarang adalah mencoba memberikan vaksin ini ke sebanyak mungkin orang," kata asisten profesor dan pemodel penularan penyakit menular di Universitas Maryland itu seperti dilansir dari Live Science, Kamis (10/12/2020).
Studi tersebut menunjukkan bahwa memvaksinasi 40 persen populasi secara substansial mengurangi jumlah kasus, rawat inap, dan kematian akibat Covid-19. Penurunan paling dramatis terjadi pada orang yang berusia 65 tahun ke atas, yang mengalami penurunan kasus potensial 83 persen hingga 90 persen.
Orang yang berusia 20 tahun ke bawah, setengahnya mengalami infeksi baru, meskipun tidak seorang pun di bawah 18 tahun yang divaksinasi. Dengan kata lain, sementara orang dewasa yang lebih tua mendapat perlindungan langsung dari vaksin, orang dewasa muda dan anak-anak secara tidak langsung terlindungi karena kekebalan meningkat di masyarakat luas.
Setelah melihat dampak dari 40 persen tingkat vaksinasi, penulis menguji apa yang akan terjadi dengan hanya 20 persen populasi yang divaksinasi. Sekali lagi, model tersebut memprioritaskan memvaksinasi mereka yang berisiko tinggi terpapar dan sakit parah. Bahkan dengan cakupan vaksin yang rendah, rawat inap non-ICU turun hingga 60 persen, rawat inap di ICU sebesar 62 persen dan kematian lebih dari 64 persen.
"Ini menunjukkan bahwa, ketika vaksin mulai diluncurkan, kita mungkin mulai melihat dampak positifnya bahkan sebelum banyak orang mendapatkan suntikan," sebut Fitzpatrick.
Sejauh ini, menurut analisis awal, dua kandidat vaksin yakni Moderna dan Pfizer diklaim lebih dari 94% efektif dalam mencegah Covid-19. Fitzpatrickmenyebut tingkat kemanjuran itu berpotensi memberikan dampak yang sangat besar.
Dalam model mereka, penulis penelitian berasumsi bahwa orang dengan risiko tertinggi terpapar Covid-19 dan kematian akan menerima vaksin terlebih dahulu. Ini termasuk sebagian besar dari semua petugas medis, orang dengan komorbid, dan individu yang berusia 65 tahun ke atas.
Selain itu, penulis berasumsi bahwa 10 persen populasi telah terjangkit Covid-19 dan mengembangkan kekebalan alami terhadap virus tersebut. "Sepuluh persen wajar, tetapi mungkin terlalu rendah di beberapa tempat di mana jumlah kasus sangat tinggi," ujar Stanley Perlman, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Iowa, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Sementara penelitian tersebut menyoroti kekuatan dan janji vaksin Covid-19, Perlman menilai protokol kesehatan tetap harus dilakukan selama berbulan-bulan. “Membuka restoran dan memungkinkan pertemuan massal perlu dilakukan dengan sangat hati-hati sampai tingkat vaksinasi tinggi,” katanya.
Jika ada, upaya pelacakan kontak juga harus ditingkatkan saat vaksin diluncurkan, sehingga pejabat kesehatan dapat dengan cepat melihat wabah baru dan mengidentifikasi komunitas yang harus diprioritaskan untuk vaksinasi.