Bisnis.com, JAKARTA - Hong Kong sekali lagi mendapat peringkat sebagai kota termahal di dunia untuk ekspatriat.
Pusat keuangan itu mempertahankan status kota termahal dalam laporan biaya hidup ECA International 2020, yang dirilis Selasa (14/12), bahkan ketika pandemi virus corona dan ketegangan politik membebani biaya sewa di kota tersebut.
Tokyo (2), New York (3) dan Jenewa (4) masing-masing juga mempertahankan peringkat keseluruhan mereka di empat besar tidak berubah dari 2019.
Zurich (ke-5) dan London (ke-6) sama-sama merangkak naik ke 10 besar tahun ini karena rebound euro dan poundsterling mendorong biaya hidup para pekerja profesional di luar negeri.
Sementara itu Tel Aviv, Israel (7), Seoul, Korea Selatan (8), San Francisco (9) dan Yokohama, Jepang semuanya mencatat biaya hidup stasioner atau mengalami penurunan sepanjang tahun.
“[Biaya hidup] Hong Kong memang mahal di banyak area yang kami anggap sebagai bagian dari penelitian kami, namun biaya perumahan yang sangat tinggi mendorongnya ke posisi nomor satu,” kata Lee Quane, direktur regional untuk Asia di ECA International, seperti dikutip melalui CNBC Make It, Selasa (15/12).
Hal ini terjadi meskipun beberapa harga properti turun pada tahun lalu, sebagai respons terhadap penurunan permintaan akibat pandemi dan ketidakpastian politik yang sedang berlangsung.
Laporan biaya hidup tahunan ECA International membandingkan biaya kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan, transportasi, dan utilitas, di 208 kota di 121 negara dari September 2019 hingga September 2020.
Pergeseran daftar tahun ini sebagian besar disebabkan oleh fluktuasi mata uang setelah pandemi virus corona, yang memengaruhi daya beli para profesional yang bekerja di luar negeri.
Penguatan euro, pound, dan dolar Australia mendorong biaya hidup di masing-masing pasar.
Dengan euro dan pound rebound tahun ini, biaya hidup meningkat bagi banyak pekerja luar negeri.
Faktor-faktor ini, tambah Quane, juga mendorong banyak kota besar Eropa naik peringkat, dengan London sekarang menjadi lokasi termahal ke-6 di dunia, Paris naik sepuluh peringkat ke peringkat 29, serta Wina dan Munich yang memasuki 50 besar dunia.
Sementara itu, penurunan dalam mata uang Asia, termasuk baht Thailand, dong Vietnam, dan rupee India, menyebabkan biaya hidup di kota-kota besar masing-masing negara turun drastis untuk ekspatriat. Mumbai, India, sendiri turun 34 peringkat ke posisi 94 secara global.
“Mumbai, sebagai kota termahal di India, turun peringkat menjadi yang paling bawah di Asia karena kombinasi dari rupee yang lemah erta harga sewa yang lebih murah di pasar persewaan akomodasi ekspatriat di kota,” kata Quane.
Di tempat lain, ekonomi yang bergantung pada minyak seperti Brasil, Rusia dan Venezuela, terpukul oleh jatuhnya harga minyak dan mata uang lokal, menyeret turun biaya hidup pekerja luar negeri.
10 kota termahal untuk ekspatriat secara global
Kota Peringkat
2020 2019
Hong Kong 1 1
Tokyo, Jepang 2 2
New York, AS 3 3
Jenewa, Swiss 4 4
Zurich, Swiss 5 6
London, Inggris 6 10
Tel Aviv, Israel 7 5
Seoul, Korea Selatan 8 7
San Fransisco, AS 9 9
Yokohama, Jepang 10 8
Sumber: ECA International