Bisnis.com, JAKARTA – Regulator kesehatan Brasil Anvis mengatakan bahwa otoritas kesehatan China tidak transparan dalam otorisasi vaksin Covid-19 untuk penggunaan darurat. Sebuah pernyataan yang bisa menimbulkan ketegangan politik di Amerika Selatan.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang merupakan kritikus konsisten terhadap China, telah berulang kali meragukan vaksin virus corona baru CoronaVac yang sedang dikembangkan oleh perusahaan China yakni Sinovac Biotech.
Sementara itu, Gubernur Sao Paulo, Joa Doria – yang dikenal berseberangan dengan Bolsonaro – menyebut negara bagian itu diperkirakan memulai program vaksinasi penduduknya pada Januari, kendati negara bagian terpadat di Brasil itu tidak akan dapat menggunakan vaksin sampai disetujui Anvisa.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (16/12) Anvisa dalam pernyataannya di situs resmi mengatakan bahwa Brasil adalah pemimpin internasional dalam proses evaluasi vaksin CoronaVac yang dikembangkan Sinovac.
“Vaksin tersebut telah mendapat izin penggunaan darurat di China sejak Juni lalu. Kriteria China untuk memberikan otorisasi penggunaan darurat tidak transparan dan tidak ada informasi yang tersedia tentang kriteria yang digunakan oleh otoritas di sana untuk membuat keputusan ini,” kata pernyataan itu.
Adapun juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin, mengatakan bahwa China telah sangat mementingkan keamanan serta kemanjuran dari vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan mereka.
Sementara regulator kesehatan Brasil telah lama bersikap apolitis, Bolsonaro telah menunjuk sekutu untuk itu dalam beberapa bulan terakhir, yang memicu kekhawatiran di kalangan profesional bahwa keputusannya dapat dipengaruhi oleh pertimbangan politik.
Setidaknya, puluhan ribu orang telah menggunakan vaksin Sinovac dalam program penggunaan darurat di China secara resmi sejak Juli lalu, yang menargetkan kelompok terbatas pad orang-orang dengan risiko tinggi.
Adapun, China belum membuat perincian publik tentang bagaimana menentukan apakah vaksin virus coronanya itu memenuhi syarat untuk penggunaan darurat. Sejauh ini, Komisi Kesehatan Nasional China tidak menanggapi permintaan komentar.
Seorang perwakilan Sinovac juga menolak berkomentar, tetapi merujuk pada konferensi pers Oktober lalu, seorang pejabat kesehatan mengatakan inokulasi darurat diluncurkan setelah tinjauan ketat dan sesuai dengan hukum di China serta aturan dari World Health Organization (WHO).
Sebelumnya, China mengklaim vaksin dari Sinovac menunjukkan hasil keamanan dan imunogenisitas yang sangat baik dalam uji klinis fase 1 dan 2. Saat ini vaksin sedang menjalani pengujian tahap 3 di Brasil.
Doria mengatakan bahwa data kemanjuran dari vaksin tersebut akan dirilis pada 23 Desember, delapan hari lebih lambat dari yang telah direncanakan sebelumnya yakni pada 15 Desember, untuk memungkinkan ukuran sampel yang lebih besar dan analisis yang lebih lengkap.