Bisnis.com, JAKARTA - Penyebaran virus corona baru yang telah menyebabkan pandemi diperkirakan terkait dengan paparan polutan atmosfer jangka pendek dan jangka panjang, terutama masalah partikulat (PM).
Dilaporkan bahwa orang yang tinggal di kawasan industri terpapar tingkat polusi yang lebih tinggi dan menunjukkan gejala yang lebih parah. Penelitian lebih lanjut menunjukkan polutan atmosfer dapat bertindak sebagai pembawa virus dan meningkatkan difusi pandemi.
Dilansir dari News Medical Net, Kamis (17/12) sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan di jurnal Environmental Pollution mencari potensi korelasi jangka pendek antara kedua fenomena tersebut.
Penelitian dipimpin oleh Euro Mediterranean Center on Climate Change (CMCC) bekerja sama dengan University od Salento dan Italian National Institute of Health (ISS) yang berfokus pada analisis konsentrasi polutan atmosfer (PM10, PM2.5, NO2) bersama distribusi spasial temporal kasus dan kematian.
Analisis data dari studi analisis tersebut dibatasi hingga kuartal pertama 2020 untuk mengurangi efek bias yang bergantung pada upaya lockdown pada tingkat polutan atmosfer sebanyak mungkin.
Hasilnya menunjukan hipotesis korelasi sedang hingga kuat antara humlah hari yang melebihi batas aturan polutan atmosfer PM10, PM2.5, dan NO2 dengan insiden Covid-19 termasuk kematian di 107 wilayah territorial Italia.
Baca Juga Identifikasi Polutan Dengan Nuklir |
---|
Giovanni Aloisio, penulis studi dan profesor dari University of Salento menuturkan secara keseluruhan, PM10 dan PM2.5 menunjukkan korelasi yang lebih tinggi daripada NO2 dengan tingkat kejadian dan kematian Covid-19.
Penelitian ini akan diperpanjang di masa depan untuk memperhitungkan faktor perancu dan dinamika wabah misalnya ukuran populasi, etnis, jumlah individu yang dites, cuaca, variabel, dan lain sebagainya.