Bisnis.com, JAKARTA - Dampak yang timbul pada pasien kanker payudara metastatis setelah menjalani pengobatan dan perawatan mempengaruhi pola hidup dan kualitas hidup mereka dengan tantangan kondisi fisik dan psikis yang tidak sama lagi, bahkan setelah dinyatakan sebagai penyintas kanker.
Lantas, bagi survivor kanker payudara, apakah sebaiknya mereka berhenti berkarya?
Dalam sebuah bertajuk “Haruskah Survivor Kanker Payudara Berhenti Berkarya?” yang digelar pada Kamis (17/12/2020), Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar mengatakan bahwa penyintas kanker payudara dapat terus berkarya sebagai bagian penting dari upaya menjaga kualitas hidup mereka.
"Untuk itu keluarga, pendamping dan lingkungan perlu memberikan dorongan dan dukungan agar kualitas hidup survivor kanker payudara dapat terus terjaga dengan tetap produktif sesuai dengan kondisi fisik dan psikis survivor".
Pernyataan tersebut diamini oleh Ahli Bedah Onkologi dr. Walta Gautama, Sp.B(K)Onk, dia menegaskan bahwa sudah seharusnya para penyintas kanker payudara tidak berhenti berkarya atau kembali aktif dalam kegiatan sehari-hari seperti sebelumnya. Pasalnya, hal tersebut amat dibutuhkan untuk untuk mengembalikan kenormalan yang hilang setelah diagnosis dan terapi kanker.
"Berkarya, bekerja adalah salah satu terapi psikis bagi survivor karena kembali membuat dirinya merasa berharga dan merasa normal kembali. Mengembalikan rasa normal adalah salah satu cara mengembalikan rasa percaya diri dan ini akan menjaga kualitas hidup survivor kanker payudara,” tuturnya.
Lebih lanjut dr. Walta menjelaskan persiapan yang perlu diperhatikan oleh survivor kanker payudara sebelum kembali aktif bekerja dan berkarya, seperti memperhatikan hasil kesehatan fisik, melakukan program rehabilitasi fisik tertentu jika diperlukan. Tidak lupa pula menyesuaikan gaya hidup baru dengan memperhatikan hal-hal yang perlu disiapkan selama proses tersebut.
"[Seperti] memperhatikan variabel dan jenis risiko pada pekerjaan yang ada untuk disiapkan sebelum memulai bekerja dan mempersiapkan fisik, dan juga memperhatikan aspek kesehatan fisik terdiri atas rangkaian pergerakan tangan, kekuatan otot, rasa sakit, limfedema, gangguan kognitif, kesehatan psikis, dan perubahan kegiatan pada kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
Adapun kekhawatiran yang kerap dihadapi oleh penyintas kanker payudara saat harus kembali bekerja adalah terkait tingkat energi setelah terapi, kemampuan berkonsentrasi atau fokus, kecepatan melakukan pekerjaan dibandingkan dengan sebelum terkena kanker payudara, memenuhi ekspektasi atasan atau rekan kerja, atau kekhawatiran bagaimana meminta bantuan dari orang-orang disekeliling tempat bekerja, dan lain-lain.
Bagi penyintas kanker payudara yang kembali bekerja di tempat semula, disarankan untuk berdiskusi dengan penyedia kerja tentang hal-hal yang dikhawatirkan sehubungan dengan pekerjaan seperti penyesuaian atas target pekerjaan; waktu bekerja yang ditingkatkan secara gradual, atau merubah tugas yang lebih sesuai, serta melakukan konsultasi dengan dokter untuk memantau kondisi kesehatan.
“Kesiapan survivor kanker payudara untuk mulai berkarya tidak hanya bergantung pada kondisi fisik dan psikis pasien, namun juga tergantung pada jenis pekerjaannya, dikarenakan pasien adalah orang yang paling tahu kapan ia secara fisik dan mental siap untuk berkarya kembali,” jelas Dr. Walta.
Oleh sebab itu, program rehabilitasi fisik merupakan bagian tak terpisahkan dari terapi kanker payudara. Tujuan utamanya adalah mencapai level fungsional yang maksimal dengan mengurangi efek samping terapi seperti nyeri, kekakuan, keterbatasan gerakan, gangguan sensori, dan sebagainya. Disarankan agar selalu mulai dengan bertahap dan senantiasa berdiskusi dengan dokter tentang hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan paska terapi.
Secara umum tidak ada pembatasan jenis pekerjaan pada survivor kanker payudara. Aktivitas yang harus dihindari adalah membebani lengan di sisi operasi kanker payudara. Misalnya pasien pasca operasi pengangkatan payudara di sisi kanan, maka sebaiknya menghindari beban di lengan kanan seperti mengangkat barang berat.
Agar kesehatan penyintas dapat tetap terjaga, selalu menjaga asupan dengan makan makanan bergizi, cukup istirahat, olahraga secara teratur dan melakukan kontrol dan pemeriksaan sesuai dengan jadwal yang ditentukan dokter.
“Hidup adalah pilihan, begitu juga untuk survivor kanker payudara. Pilihan pribadi seseorang untuk terus berkarya atau untuk beristirahat bukan pilihan yang benar atau salah. Yang terpenting adalah bagaimana mengisi hari dengan tujuan dan prioritas hidup. Agar kualitas hidup survivor kanker payudara dapat terus terjaga, selalu hidup sehat, selalu berpikiran positif dan jangan lupa untuk selalu bahagia,” tutup Dr. Walta.