Bisnis.com, JAKARTA - Membaca buku memiliki efek yang baik untuk psikologis anak. Apalagi jika orang tua mendampingi, minat membaca anak pun akan semakin tumbuh.
Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Amanda Margia Wiranata mengatakan apabila minat baca anak sudah terbangun, anak akan semakin tergugah rasa ingin tahunya akan isi atau konten dari buku tersebut. Semakin besar rasa ingin tahu anak, dapat memotivasi untuk belajar membaca dengan baik dan memahami isi buku.
Selanjutnya, ketika anak sudah dapat memahami isi buku yang dibaca, maka dia akan mendapat wawasan yang lebih luas, baik pengetahuan maupun kebijakan yang terkandung di dalamnya.
Dia menjelaskan bahwa anak yang senang membaca buku, terlebih bila bukunya bervariasi, selain berwawasan luas, memiliki rentang atensi yang lebih lama, mampu berpikir terbuka, bersikap kritis, mengasah logika berpikir, mengembangkan imajinasi, berpikir abstrak, memiliki kekayaan perbendaharaan kata, pemahaman bahasa yang lebih baik, serta pengetahuan yang luas.
"Pada umumnya anak yang senang membaca akan lebih percaya diri dan mampu menunjukkan prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan anak lainnya," ujar Amanda kepada Bisnis baru-baru ini.
Lantas bagaimana meningkatkan minat baca pada anak? Menurut Amanda bisa dilakukan bersama antara orangtua dan anak secara rutin, sedini mungkin, bahkan sejak dalam kandungan. Aktivitas membaca dapat dilakukan saat sebelum tidur atau saat bermain bersama.
Ketika membacakan cerita, usahakan orangtua membacakan dengan cara dan nada yang menarik minat anak, seperti seorang pendongeng. Tunjukkan ekspresi yang sesuai dengan emosi yang terkandung dalam bacaan, misalkan senang, sedih, dan marah.
"Hindari membacakan dengan nada datar, yang dapat menurunkan minat anak pada cerita yang sedang dibacakan," tegasnya.
Untuk anak usia dini, Amanda menyarankan agar memilih buku yang lebih banyak gambar dan sedikit tulisan. Secara bertahap dapat menggunakan buku yang memiliki tulisan lebih banyak, dengan tingkat kesulitan membaca atau kompleksitas cerita yang lebih tinggi, sesuaikan dengan usia, rentang atensi, dan kemampuan membaca anak.
Sambil membaca, orangtua dapat menunjuk gambar yang terdapat pada buku dan meminta anak memperhatikan hal-hal mendetail yang dapat dia temukan pada gambar tersebut. Kata Amanda, sesekali tanyakan kembali mengenai tokoh, kronologi cerita, sebab akibat dari peristiwa dalam cerita dan insight yang ia dapat dari cerita tersebut.
Ajak anak untuk menceritakan kembali isi buku dengan bahasanya sendiri. Orangtua sebaiknya menerima apapun cerita yang disampaikan oleh anak dan menghindari memberikan kritik saat anak bercerita.
"Berikan apresiasi atas keberaniannya mencoba. Hal ini akan melatih kemampuan anak berekspresi, mengungkapkan gagasan dalam bentuk kata-kata yang runut dan teratur, mendorong anak memahami inti bacaan," jelasnya.
Apabila ingin membantu anak untuk bercerita dengan lebih runut dan tertata, menurut Amanda, orangtua dapat mengajukan pertanyaan 4W1H (what, who, when, where, how), dan dorong anak merangkai kembali ceritanya dengan kalimat yang lebih tertata dan runut. "Dorong anak untuk mulai mencoba membaca kata satu per satu, dan hargai usahanya walaupun masih melakukan kesalahan," imbuhnya.
Kritikan berlebihan pada kesalahan membaca, apalagi memarahi anak sangat penting dihindari. Amanda menerangkan, orangtua dapat mengoreksi kesalahan membaca, dengan mengulang pengejaan kata secara benar, tanpa mengatakan kalimat seperti, “Kamu salah!” atau “Bukan begitu bacanya,” “Kamu bodoh sekali, "Begitu saja tidak bisa,” dan sebagainya.
Misal anak membaca kata “Bola” dengan “Bala", maka orangtua dapat langsung mengatakan “Bola” dengan nada tenang dan perlahan-lahan. Terakhir, berikan apresiasi bila anak sudah berani mencoba atau berusaha membaca.