Bisnis.com, JAKARTA -- Film original Netflix yang baru dirilis "The White Tiger" adalah adaptasi dari novel debut pemenang Booker Prize dengan judul yang sama oleh penulis India Aravind Adiga.
Diproduksi oleh Priyanka Chopra Jonas dan disutradarai oleh Ramin Bahrani, film ini menawarkan kisah suram tentang korupsi dan pengkhianatan, meneliti dinamika kompleks dari hubungan majikan-pelayan di India sambil menyelidiki perbedaan antara kaya-miskin yang mencolok di negara itu serta masalah kelas dan kasta.
"Apakah kita membenci tuan kita di balik wajah penuh cinta, atau apakah kita mencintai mereka di balik wajah kebencian?"
Baca Juga Viola Davis, Vanessa Kirby dan Chadwick Boseman Masuk Nominasi Golden Globe, Simak Daftar Lengkapnya |
---|
Ini hanyalah salah satu pertanyaan yang Balram Halwai (Adarsh Gourav), seorang anak laki-laki India miskin yang dibesarkan di desa dan tokoh sentral film The White Tiger, tanyakan pada dirinya sendiri saat dia bekerja sebagai sopir seorang pengusaha kaya di Delhi.
Dilansir melalui vulture.com, ceritanya dibingkai sebagai bentuk ingatan Balram, yang dalam film mengambil tempat pada tahun 2010 adalah seorang pengusaha yang memiliki layanan sewa mobil di Bangalore, saat ia menceritakan jalannya yang licik menuju kekuasaan.
Balram (yang menjadi buronan) memberikan banyak pendapat dan pengamatan tentang negaranya, dan tentang kota pedesaan tempat dia berasal, dalam apa yang dia sebut "Kegelapan," sebuah metafora untuk India yang luas, tidak berpendidikan, dan miskin.
Dalam dunia Balram yang kacau, mobilitas ke atas sangat sejalan dengan spiral ke bawah. Kuasa, korupsi, dan eksploitasi tenaga kerja adalah fondasi kekayaan 'The Stork' (Mahesh Manjrekar).
Perubahan karakter Balram untuk menjadi seperti Ashok (Rajkummar Rao), putra bungsu The Stork yang awalnya dia idolakan, adalah salah satu contoh tindakan kewirausahaan - bisnis untuk bertahan hidup.
Ashok menempuh pendidikan di Amerika, di mana ia bertemu dengan istrinya yang lahir di Brooklyn, Pinky (Priyanka Chopra Jonas). Mereka adalah pasangan yang menarik, lebih kebarat-baratan dan berpikiran maju daripada yang lain.
Kesenjagan kelas digambarkan secara harfiah dalam perbedaan antara suite hotel mewah yang ditempati Ashok dan Pinky selama perjalanan panjang ke Delhi, sementara Balram dan pelayan serta pengemudi lainnya tidur di garasi parkir bawah tanah yang lembap.
Dengan cerita yang secara cepat berubah menjadi menakutkan, Balram ternyata dimanfaatkan sebagai kambing hitam, menghancurkan ilusi apa pun yang mungkin dia simpan tentang posisi istimewanya di rumah tangga ini dan membangkitkan semangat pemberontaknya.
LA Times menulis bahwa klimaks dari "The White Tiger" sangat gelap dan penuh kekerasan, tetapi bagian penutupnya tetap terasa terpotong dan tidak memuaskan, seolah-olah film tersebut tidak sepenuhnya puas dengan kesimpulannya.
Setelah melakukan aksinya Balram hidup dengan identitas baru dan pada akhirnya menjadi pengusaha hebat, sayangnya film itu sendiri dianggap kurang berhasil dalam menutup kisah "The White Tiger."
Kisah kesenjangan kelas sosial berbalut genre thriller cukup populer beberapa tahun belakangan seperti "Knives Out," "Joker" dan terutama "Parasite," yang menampilkan seorang supir secara diam-diam menyimak setiap perbincangan bosnya di kursi belakang.
Namun, menurut LA Times, "The White Tiger" memberikan gambaran yang kurang lebih senada dengan film "Slumdog Millionaire."
Film populer pemenang Oscar itu memutar cerita yang jauh lebih optimis tentang seorang pemuda yang keluar dari kemiskinan dan menyadari takdirnya dengan latar belakang India yang beradaptasi dengan globalisasi.