Bisnis.com, JAKARTA - Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature mengungkap bahwa virus corona bisa bermutasi di dalam tubuh manusia.
Ahli genomika molekuler, Riza Putranto yang mengutip penelitian tersebut menjabarkan ada beberapa syarat untuk SARS-CoV-2 mengalami fase adaptif evolutiif terhadap manusia yang membuat varian baru muncul terseleksi secara alami.
Potensi dan bukti empiris mutasi adaptif SARA-CoV-2 katanya dapat terjadi, yakni pertama, jika virus berada di dalam tubuh seseorang immunocompromised atau memiliki gangguan sistem imun. Kedua, virus berada di tubuh tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Ketiga, perlakuan obat-obatan atau terapi antibodi diberikan beberapa kali kepada pasien dalam jangka waktu lama. "Yang membuat varian baru muncul terseleksi secara alami," ujar Riza dalam akun Instagram pribadinya, Selasa (9/2/2021).
Dia menambahkan penelitian ini didasarkan pada pengamatan seorang pasien yang mengalami durasi positif Covid-19 selama kurnag lebih 101 hari. Selama positif Covid-19, 23 sampel swan diambil dari pasien dan pasien diberi treatment Remdisivir sebanyak 3 kali dan plasma konvalesen (CP) sebanyak 3 kali.
"Temuan utama, setelah CP kedua, analisis sekuen genom virus menunjukkan perubahan drastis virus membawa mutasi D796H dan A69/70 di protein spike," jelasnya.
Kemudian, perubahan drastis dengan dengan pola yang sama ditunjukkan pada hari ke-95 ketika treatment CP ketiga diberikan kembali.
Peneliti kata Riza menyimpulkan kondisi pasien dengan beberapa kali perlakukan obat dan plasma konvalesen seperti melatih virusnya untuk beradaptasi pada kondisi lingkungan.
Dia mengibaratkan seperti di film Rocky Balboa, seorang petinju yang kalah dahulu lalu berlatih sangat keras sehingga akhirnya bisa mendapatkan kondisi fit untuk mengalahkan musuhnya.
Penelitian ini menjadi bukti bahwa lingkungan yang dimaksud adalah tubuh pasien atau lebih tepatnya, sel dimana virus itu berkembang biak.
Kendati demikian, Riza mengatakan bahwa penelitian ini belum menjadi landasan bahwa treatment obat dan plasma konvalesen akan selalu memunculkan mutasi.
Namun di sisi lain, penelitian ini menunjukkan treatment untuk oqsien dengan gangguan imun perlu menjadi perhatian khusus karena terbukti mampu memunculkan variansi virus SARS-CoV-2 jika terinfeksi.
Hasil ini katanya juga memunculkan hipotesis tentang bagaimana varian seperti B.1.1.7 UK, P1 Brazil dan 5.01Y.V2 Afrika Selatan dapat terbentuk.
Sementara itu, Riza menyatakan mutasi virus boleh terjadi namun tindakan 5 M tetap harus dilaksanakan dengan baik.