Ilustrasi vaksin virus corona/istimewa
Health

Vaksin 1 Dosis Johnson & Johnson, Siapa yang Lebih Cocok Pakai?

Mia Chitra Dinisari
Selasa, 16 Februari 2021 - 09:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang vaksin virus corona Covid-19, Johnson & Johnson dilaporkan telah mengajukan permohonan untuk otorisasi penggunaan darurat di Amerika Serikat, menyusul vaksin yang terlebih dahulu telah disetujui yakni Pfizer-BioNTech dan Moderna.

Dengan makin banyaknya pilihan vaksin yang tersedia, banyak orang yang bertanya-tanya apakah penting mendapatkan suntikan vaksin tertentu? Mana vaksin yang terbaik untuk kelompok orang satu dan yang lainnya?

Dilansir dari Live Science, Selasa (16/2) para ahli mengatakan jawaban paling singkatnya adalah orang harus mendapatkan suntikan vaksin apa pun yang ditawarkan. Namun, ada beberapa alasan mengapa suntikan tertentu mungkin bekerja lebih baik untuk populasi tertentu pula.

Vaksin Johnson & Johnson (J&J) memiliki kemanjuran sekitar 66 persen dalam mengurangi kasus Covid-19 yang parah dan sedang, yang mencakup dua gejala ringan atau satu gejala yang lebih serius, seperti kadar oksigen rendah atau peningkatan laju pernapasan.

Dengan kata lain, orang yang divaksinasi dengan suntikan J&J tiga kali lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan kasus ringan atau sedang dibandingkan dengan peserta lain yang sebelumnya menerima plasebo.

Sementara, vaksin Pfizer-BioNTech memiliki efektivitas 95 persen dan vaksin Moderna dengan khasiat 94 persen dalam mencegah gejala Covid-19, artinya semua tes positif dengan satu gejala saja. Adapun, ketiga vaksin dianggap 100 persen efektif mencegah rawat inap dan kematian terkait penyakit pandemi.

Peter Gulick, profesor kedokteran dan ahli penyakit menular di Michigan State University College of Osteopathic Medicine mengatakan kendati efektivitasnya kalah, vaksin J&J punya keunggulan karena hanya perlu satu dosis dan dapat disimpan pada lemari es biasa selama berbulan-bulan.

Dia melanjutkan bahwa hal tersebut akan membantu mendapatkan lebih banyak orang divaksinasi, terutama mereka yang mungkin tidak kembali untuk suntikan kedua, serta tempat-tempat di mana persoalan aksesibilitas dan distribusi menjadi masalah.

Persyaratan penyimpanan yang lebih mudah menjadi keuntungan vaksin J&J. “Vaksin dapat dimasukkan ke dalam lemari es dan di simpan di sana. Sedangkan Moderna dan Pfizer membutuhkan suhu yang lebih dingin untuk menjaga kualitas vaksin,” katanya.

Adapun, vaksin sekali pakai atau satu dosis juga bisa lebih baik untuk orang yang mengalami kesulitan bepergian ke rumah sakit atau tempat vaksinasi massal. Gulick mengatakan orang biasanya ingin mendapatkan satu suntikan, tapi tidak ada jaminan mereka akan kembali untuk suntikan berikutnya.

Dengan munculnya varian corona baru, beberapa perlindungan lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Karenanya, vaksin satu dosis J&J bisa lebih menjangkau lebih banyak orang dan diharapkan lebih bisa mengendalikan penyebaran virus.

Namun demikian, New York Times sebelumnya melaporkan bahwa pasokan awal vaksin Johnson & Johnson akan dibatasi. Perusahaan itu awalnya menjanjikan sekitar 12 juta dosis tersedia pada bulan depan, tetapi mengalami hambatan dalam produksinya.

William Lang, direktur medis JobSiteCare mengatakan bahwa kemanjuran yang lebih rendah seharusnya tidak menghalangi orang untuk mendapatkan vaksin J&J. Pasalnya, perusahaan juga telah menguji vaksin terhadap varian baru yang terbukti telah menghindari antibodi penetral.

“Efektivitas rendah yang dilaporkan mungkin agak nyata, tapi mungkin juga merupakan hasil pengujian di lingkungan yang sedikit berbeda karena varian baru yang beredar. Jika ayah saya yang berusia 88 tahun atau saya ditawari vaksin J&J, saya tidak akan ragu untuk mendapatkannya,” kata Lang.

Sementara itu, Gulick mengatakan kelompok berisiko tinggi seperti orang tua yang memiliki respons imun yang kurang kuat dan orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan, harus diprioritaskan untuk mendapat vaksin dengan kemanjuran yang lebih tinggi.

Dia menuturkan akan lebih memilih menggunakan vaksin Moderna dan Pfizer yang dua dosis untuk pasien dengan HIV. Akan tetapi, jika tidak bisa memilih dia akan tetap memberikan vaksin apapun yang telah mendapat persetujuan otoritas.

Dengan dunia memiliki lebih dari 100 juta kasus Covid-19, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kebanyakan dari manusia tidak akan mendapat kesempatan untuk memilih vaksin yang digunakan. Mereka menegaskan pentingnya mendapatkan vaksin, jenis dan merek apa pun.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro