Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah studi pendahuluan melaporkan ada tujuh varian virus corona baru yang membawa mutasi serupa telah terdeteksi di Amerika Serikat.
Penelitian itu memperoleh informasi mutasi di lokasi yang sama dalam genom virus corona dan tampaknya termasuk dalam garis keturunan yang sama dengan virus yang pertama kali diurutkan pada awal Desember tahun lalu.
Dilansir NewScientist, Selasa (16/2/2021) Jeremy Kamil, peneliti dari Louisiana State University dan rekan penulis studi lainnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan mutasi tersebut, yang perlu diperhatikan lebih lanjut.
Masih belum diketahui apakah mutasi membuat varian lebih mudah menyebar, seperti virus B.1.1.7 yang pertama kali ditemukan dari Inggris. Namun, peneliti menilai lokasinya dalam gen yang mempengaruhi cara virus memasuki sel manusia perlu menjadi perhatian.
“Saya pikir ada tanda yang jelas dari manfaat evolusioner,” kata Kamil. Studi pendahuluan itu dirilis dalam server pra-cetak dan masih belum ditinjau rekan sejawat.
Dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat dikhawatirkan dengan merebaknya varian virus corona baru yang dilaporkan lebih mudah menular, sehingga dapat meningkatkan kembali angka infeksi di sejumlah negara.
Tiga varian yang saat ini paling dikenal adalah varian yang pertama kali ditemukan di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. Keresahan masyarakat global tak hanya soal penularan saja, tapi juga mutasi virus yang dikhawatirkan mengganggu kinerja vaksin.
Sebuah laporan studi pekan lalu menyatakan suntikan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Oxford-AstraZeneca memberikan perlindungan minim terhadap varian corona di Afrika Selatan. Hal itu mendorong negara untuk menghentikan sementara program vaksinasi dengan vaksin tersebut.
Namun demikian, sejumlah ahli masih optimistis bahwa vaksin yang dikembangkan dan telah digunakan di sejumlah negara akan memberikan dampak positif terhadap penanganan pandemi. Beberapa pengembang vaksin juga menyatakan siap bila perlu menyesuaikan vaksin dengan varian baru yang ada.