Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah baru-baru ini menetapkan rapid test antigen sebagai alat pelacakan kontak, penegakkan diagnosis, dan skrining virus corona (Covid-19).
Namun yang perlu diperhatikan bahwa alat tes corona tersebut bisa menghasilkan negatif palsu. Hal ini disampaikan Tim Koordinator Relawan Satgas Covid-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i.
Mengutip penelitian Jurnal Nature, Fajri menjelaskan rapid test antigen memiliki sensitifitas yang rendah.
Sebelum membicarakan sensitifitas tersebut, dia mengatakan bahwa masyarakat perlu memahami tentang masa inkubasi virus yakni rentang waktu ketika virus masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala yakni selama 2-14 hari. Namun rata-rata masa inkubasi Covid-19 terjadi selama seminggu.
Nah, Fajri menjelaskan selama masa inkubasi itu, mereka yang terinfeksi Covid-19 sudah bisa menularkan virus tersebut ke orang lain. "Ternyata 3-5 hari sebelum bergejala, masih masa inkubasi, dia bisa menularkan," jelasnya dalam sebuah video di Instagram, dikutip Bisnis, Jumat (19/2/2021).
Berkaitan dengan tes Covid-19, bedanya tes antigen sensitifnya lebih rendah. Alat ini membutuhkan viral load atau jumlah virus yang tinggi untuk mendeteksi seseorang terkena Covid-19.
"Kalau virusnya sedikit, dia nggak bagus deteksinya. Kalau PCR sensitif, lebih bagus mendeteksinya. Selama rentang ini (masa inkubasi) PCR bisa lebih mendeteksi," jelas Fajri.
Swab PCR juga tidak perlu jumlah virus yang banyak. Hanya dengan 10 virus yang ada di dalam tubuh, alat ini sudah bisa menyatakan bahwa orang tersebut positif Covid-19.
"Antigen butuh kuman lebih banyak sehingga rentangnya tipis. Selama 10 hari baru bisa mendeteksi, itu kalau kumannya banyak," tambahnya.
Oleh karena itu, ketika hasil tes PCR positif tetapi hasil antigen negatif, lebih baik percaya pada hasil tes PCR. Sebaliknya, ketika antigen positif namun PCR negatif, orang tersebut harus mengulang kembali PCR.
"Antigen negatif bisa saja kumannya sedikit jadi nggak ketahuan. Misal kontak erat, seminggu kemudian negatif, bisa saja negatif palsu, padahal dia bisa nularin (virus)," terangnya.
Fajri menambahkan bagi siapapun yang mendapati hasiltes antigen negatis namun sempat melakukan kontak erat dan mengalami gejala Covid-19, lebih baik melakukan tes ulang dengan swab PCR.
Negatif palsu ini bisa ditimbulkan dari alat itu sendiri dan cara pengambilan sampel yang kurang tepat.