Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak bulan Maret tahun 2020 ternyata ikut mengubah perilaku konsumen properti.
Salah satunya adalah pembeli rumah hunian tapak selama tahun lalu lebih di dominasi oleh calon penghuni langsung (end user). Hal inilah yang membuat sejumlah pengembang untuk mempercepat penyerahan unit kepada pemiliknya. Sehingga ekosistem di wilayah hunian itu akan lebih cepat terbentuk.
"Dari berbagai proyek hunian rumah yang kami kembangkan di berbagai kota, mayoritas pembelinya merupakan end user. Ini merupakan fenomena baru yang menandakan bahwa masyarakat membeli rumah untuk langsung bisa ditempati," ungkap Marketing Director Agung Podomoro, Agung Wirajaya dalam keterangan tertulisnya.
Lebih jauh Agung menjelaskan, dalam kondisi normal, sebagian konsumen menjadikan properti sebagai tujuan investasi. Hal ini tidak lepas dari karakter properti sebagai aset yang nilainya terus meningkat, sehingga dampaknya angka penjualan properti semakin tinggi. Tapi dalam situasi krisis kesehatan yang kemudian mendorong terjadinya krisis ekonomi, terjadi seleksi pada sisi konsumen.
"Dalam situasi krisis setiap orang tentu akan lebih berhati-hati, termasuk dalam berinvestasi di properti. Tapi bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan hunian, justru dilakukan pembelian karena harga akan cenderung naik jika krisisnya berakhir," jelas Agung.
Agung menyatakan minat para end user untuk membeli properti Agung Podomoro ini tercermin dari sejumlah proyek rumah tapak di wilayah Jawa Barat diantaranya Podomoro Park Bandung, Podomoro River View, Kota Podomodo Tenjo, Kota Kertabumi Karawang dan Vimala Hils. Sementara di wilayah luar Jakarta yakni Orchard Park Batam dan Bukit Mediterania Samarinda.
“Lebih dari 80 persen pembeli hunian tapak kami di 2020 merupakan konsumen end user. Ini yang mendorong kami untuk mempercepat pembangunan agar pemilik segera mendapatkan unit rumahnya untuk ditinggali,” katanya.
Menurut Agung,konsep hunian yang selama ini menjadi trademark Agung Podomoro yaitu lingkungan hijau yang alami dengan dukungan infrastruktur yang matang semakin menemukan momentumnya sejak pandemi. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku konsumen yang lebih memprioritaskan aspek kesehatan selain faktor lokasi dan harga dalam memilih hunian.
“Kami terus berupaya untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat salah satunya dengan menyediakan kawasan yang mengusung semangat Living in Style kondisi dimana setiap individu dapat menikmati gaya hidup modern dan elegan sesuai kebutuhan masyarakat masa kini,” kata Agung.
Sejalan dengan proses vaksinasi Covid-19 yang sedang berjalan, optimisme kebangkitan sektor properti juga terus meningkat. Apalagi Bank Indonesia telah memberikan insentif ke sektor properti dengan menetapkan loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) sebesar 100 persen untuk kredit properti. Dengan demikian, uang muka kredit properti menjadi nol persen mulai 1 Maret 2021.
Sebelumnya Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan rumah tapak menjadi salah satu kebutuhan pokok. "Rumah tapak ini kebanyakan end user untuk tempat tinggal, sehingga prospeknya bagus," ujarnya. Selain itu, prospek properti rumah tapak juga dikarenakan kemudahan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR). "Kemudahan KPR dan juga yang terpenting bagaimana mereka bisa secure dengan pekerjaan dan masih bisa bertahan dalam krisis ini," kata Ferry.