Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa varian virus corona Brasil yang terdeteksi di Inggris dapat menyebabkan infeksi ulang pada sekitar 61 persen orang yang sebelumnya pernah dinyatakan positif Covid-19.
Varian P1, yang telah ditemukan pada enam orang di Inggris itu juga sekitar 1,4 hingga 2,2 kali lebih mudah ditularkan daripada jenis virus normal. Hasilnya didasarkan pada dampak varian di Manaus, Brasil tempat pertama kali terdeteksi, sehingga belum tentu sama di banyak negara yang mencatatkan kasus varian ini.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa Manaus mengalami gelombang besar lain pada awal tahun ini, setelah lebih dari dua per tiga populasinya memiliki antibodi Covid-19 pada Oktober 2020 karena infeksi sebelumnya.
Dilansir Metro UK, Rabu (3/3) ilmuwan dari Imperial College, University of Oxford, dan University of Sao Paolo melacak penyakit tersebut dan menemukan P1 menghindari 25 persen hingga 61 persen kekebalan pelindung dari infeksi sebelumnya.
Nuno Faria dari Imperial College dalam sebuah pengarahan mengatakan jika 100 orang terinfeksi di Manaus tahun lalu, sekitar 25 hingga 61 dari mereka rentan terhadap infeksi ulang dari virus varian baru tersebut.
Dia mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan pada pola yang mungkin terjadi di negara lain. Selain itu, dia menambahkan bahwa vaksin akan tetap efektif dan memberikan perlindungan dari infeksi, penyakit, dan kematian.
“Ini adalah periode untuk optimis tentang masa depan. Semakin banyak yang kami ketahui tentang virus tersebut, semakin baik kami dalam melindungi orang. Saya rasa tidak ada bukti kesimpulan yang menunjukkan bahwa vaksin tidak bekerja sama sekali pada titik ini,” katanya.
Studi tersebut juga menemukan bahwa porsi kasus Covid-19 yang memiliki varian P1 meningkat dari 0 menjadi 87 persen dalam waktu sekitar delapan minggu. Ini terjadi setelah sejumlah kematian akibat corona di Inggris turun ke level terendah sejak awal tahun.
Ketua Konsorsium Covid-19 Genomics UK Sharon Peacock mengatakan penelitian ini tidak dapat digunakan untuk berspekulasi tentang keefektifan vaksin atau bagaimana keadaan akan berjalan di negara lain.
Para ahli lain sejauh ini juga tidak yakin bahwa varian PP1 lebih dapat ditularkan daripada varian Kent yang saat ini dominan di Inggris. Mereka mengatakan enam kasus adalah angka yang relatif rendah untuk kesimpulan umum.
Thomas Mellan, dokter dari Imperial College mengatakan peneliti telah menemukan peningkatan risiko kematian dengan varian P1 di Manaus, tetapi itu juga terjadi karena adanya kegagalan sistem perawatan kesehatan yang substansial.