Petugas Puskesmas Duren Sawit, menyuntik vaksinasi Covid-19 kepada peserta lanjut usia (lansia) di Gedung Pusat Pengembangan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan Kejuruan (P2KPTK2) Jakarta Timur, Senin (1/3/2021)./Antararn
Health

Lansia Berisiko Lebih Tinggi Reinfeksi Covid-19

Mia Chitra Dinisari
Kamis, 18 Maret 2021 - 08:13
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian baru mengungkapkan jika orang lanjut usia atau lansia lebih berisiko tinggi mengalami reinfeksi covid-19.

Karena itu, penelitian tersebut menyarankan lansia tetap disuntik vaksin meskipun pernah terinfeksi covid-19.

Hasil yang diluncurkan di Lancet itu menyebutkan jika kebanyakan orang kemungkinan akan mengalami reinfeksi setidaknya selama enam bulan, namun orang tua lebih rentan terhadap infeksi ulang.

Studi hasil tes di Denmark tahun lalu menunjukkan bahwa mereka yang berusia di bawah 65 tahun yang menderita Covid sekitar 80% terlindungi dari penyakit itu lagi. Perlindungan turun menjadi 47% untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas.

Peneliti mengatakan perlindungan alami tidak dapat diandalkan, terutama bagi lansia, yang paling berisiko terkena penyakit parah. Analisis Denmark berfokus pada jenis virus corona asli dan tidak menilai varian baru yang dianggap lebih dapat menular.

“Temuan kami memperjelas betapa pentingnya menerapkan kebijakan untuk melindungi orang tua selama pandemi, bahkan jika mereka telah terjangkit Covid-19, kata Steen Ethelberg, peneliti senior dari Statens Serum Institut di Kopenhagen, dalam sebuah pernyataan dilansir dari Bloomberg.

Penulis penelitian menganalisis data yang dikumpulkan sebagai bagian dari strategi pengujian SARS-CoV-2 nasional Denmark. Lebih dari dua pertiga populasi, atau sekitar 4 juta orang, diuji selama periode yang mencakup gelombang pertama dan kedua di negara itu. Analisis menemukan bahwa hanya 0,65% orang kembali dengan tes PCR positif selama kedua gelombang. Proporsi yang lebih tinggi - 3,3% - mendapat hasil positif setelah yang sebelumnya negatif.

Sejalan dengan temuan dari penelitian lain, tidak ada bukti bahwa perlindungan terhadap infeksi ulang berkurang dalam enam bulan, kata para penulis. Namun, karena virus baru teridentifikasi pada Desember 2019, periode lengkap kekebalan pelindung yang diberikan oleh infeksi masih harus ditentukan. Juga tidak mungkin untuk menilai apakah tingkat keparahan gejala mempengaruhi tingkat kekebalan pasien, tulis mereka.

“Semua data ini adalah konfirmasi, jika diperlukan, bahwa untuk SARS-CoV-2, harapan perlindungan kekebalan melalui infeksi alami mungkin tidak dapat kami jangkau dan program vaksinasi global dengan vaksin dengan efikasi tinggi adalah solusi yang bertahan lama,” para profesor Rosemary Boyton dan Daniel Altmann dari Imperial College London menulis dalam komentar yang terkait dengan penelitian tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro