Bisnis.com, JAKARTA - Denmark, pada Rabu (14/4/2021), memutuskan untuk tidak menggunakan vaksin AstraZeneca untuk program vaksinasi Covid-19 setelah vaksin memicu kasus efek samping pembekuan darah langka.
Otoritas kesehatan Denmark menegaskan keputusan ini akan menunda skema vaksinasi Denmark yang dijadwalkan hingga awal Agustus mulai 25 Juli 2021.
Adapun, jadwal baru itu diasumsikan akan mulai menggunakan vaksin Johnson & Johnson, yang peluncurannya di Eropa juga telah ditunda karena masalah pembekuan darah serupa dan penggunaannya telah ditangguhkan oleh Denmark.
Vaksin Johnson & Johnson mencakup sekitar sepertiga dari total pasokan yang dikontrak Denmark. Otoritas kesehatan Denmark mengatakan keputusan membuang vaksin AstraZeneca karena kasus pembekuan darah dari efek samping vaksin itu.
Søren Brostrøm, direktur lembaga kesehatan Denmark, mengatakan meskipun Organisasi Kesehatan Dunia dan Badan Obat Eropa (EMA) mendukung penggunaan AstraZeneca, kampanye vaksinasi Denmark akan terus berlanjut tanpa vaksin itu.
"Secara keseluruhan, kami harus mengatakan bahwa hasil menunjukkan ada sinyal efek samping yang nyata dan serius dalam vaksin dari AstraZeneca," kata Brostrøm dalam sebuah pernyataan, Euronews melaporkan.
"Berdasarkan pertimbangan keseluruhan, oleh karena itu kami memilih untuk melanjutkan program vaksinasi untuk semua kelompok sasaran tanpa vaksin ini."
Di Denmark, dua penerima vaksin AstraZeneca mengalami pembekuan darah yang parah, salah satunya berakibat fatal.
Namun demikian, sebagian besar vaksinasi telah dilakukan dengan vaksin Pfizer/BioNTech. Sekitar 150.000 orang Denmark telah menerima vaksin AstraZeneca dan sekarang akan ditawarkan suntikan berbeda untuk dosis kedua mereka, kata Brostrøm.
Dikutip dari Tempo dan Reuters, Astrazeneca mengatakan pihaknya menghormati pilihan Denmark dan akan terus memberikan data untuk menginformasikan keputusan di masa mendatang.
"Pelaksanaan dan peluncuran program vaksin adalah masalah yang harus diputuskan oleh masing-masing negara, berdasarkan kondisi lokal," kata perusahaan Anglo-Swedia itu.
Badan pengawas obat Uni Eropa pekan lalu mengatakan telah menemukan kemungkinan adanya hubungan antara vaksin AstraZeneca dan trombosis sinus vena serebral (CVST), gumpalan darah otak.
Dikatakan risiko kematian akibat Covid-19 jauh lebih besar daripada risiko kematian akibat efek samping yang jarang terjadi, tetapi menyerahkan kepada masing-masing negara untuk membuat penilaian risiko sendiri dan memutuskan bagaimana cara memberikan vaksin AstraZeneca.