Bisnis.com, JAKARTA - Baru-baru ini beredar sebuah narasi di media sosial terkait vaksin Covid-19 yang bisa menyebabkan kenaikan limfositosis.
Narasi tersebut memberikan pernyataan bahwa "Kenaikan antibodi setelah divaksin adalah limfositosis. Jika limfosit pembunuh sudah ada maka bye-bye dunia".
Pernyataan tersebut seolah memberikan informasi vaksin Covid-19 berbahaya bagi tubuh dan dapat menyebabkan kematian.
Faktanya, pernyataan pada unggahan tersebut adalah tidak tepat dan cenderung menyesatkan. Dilansir dari Tempo.co, diketahui bahwa pemberian vaksin, termasuk vaksin Covid-19 memang menyebabkan limfositosis. Akan tetapi, naiknya kadar limfosit pasca vaksinasi berguna untuk membentuk antibodi yang justru bermanfaat untuk mencegah atau mengurangi keparahan akibat infeksi Covid-19.
Hal tersebut dibenarkan pula oleh pakar patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret, Tonang Dwi Ardiyanto yang menyatakan bahwa dosis vaksin Covid-19 sudah terukur dan tidak menimbulkan lonjakan limfosit yang tinggi.
Limfositosis adalah peningkatan jumlah atau bahagin limfosit di dalam darah. Limfositosis mutlak adalah keadaan di mana terdapat peningkatan jumlah limfosit melebihi julat (seberapa jauhnya) normal sementara limfositosis relatif merujuk kepada keadaan di mana bahagian limfosit relatif terhadap kiraan sel darah putih berada di atas julat normal.
Pada orang dewasa, limfositosis mutlak terdapat apabila bilangan limfosit lebih besar daripada 4000 per mikroliter (4.0 x 109/ L), pada kanak-kanak lebih besar daripada 7000 per mikroliter dan pada bayi lebih besar daripada 9000 per mikroliter.
Limfosit biasanya mewakili 20 persen hingga 40 persen peredaran darah sel darah putih. Apabila peratusan limfosit melebihi 40 persen, ia diakui sebagai limfositosis relatif.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun