Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan Infectious Diseases Society of America (IDSA) tidak merekomendasikan ivermectin untuk pasien Covid-19, kecuali untuk uji klinis.
Menurut dokter Adam Prabata lewat akun Instagram @adamprabata yang dikutip pada Jumat (11/6/2021), bahwa menurut National Intitutes of Health (NIH), ada lima alasan mengapa ivermectin tidak direkomendasikan untuk Covid-19.
1. Mayoritas penelitian skala kecil.
2. Dosis dan jadwal pemberian ivermectin sangat bervariasi pada penelitian.
3. Ada obat tambahan pada penelitian, sehingga hasilnya jadi membingungkan.
4. Derajat keparahan pasien tidak selalu jelas dalam penelitian.
5. Penerima obat tahu bahwa dia menerima ivermectin, sehingga hasil menjadi bias.
Ivermectin adalah obat yang sudah disetujui untuk manusia dan hewan untuk beberapa penyakit, antara lain: infeksi cacing pada manusia (strongyloidasis usus halus dan onchocerciasis).
Kemudian, infeksi cacing pada hewan, serta obat untuk scabies dan kutu kepala.
Mengutip data NIH, bahwa ivermectin memiliki aktivitas antiradang atau antiinflamasi, dan mencegah melekatnya Virus Corona dengan sel tubuh.
Hingga saat ini, ada sekitar 46 penelitian tentang efektivitas ivermectin mengobati Covid-19 pada manusia.
Dari 46 penelitian itu, ada 24 penelitian yang menggunakan metode randomized controlled trial (RCT), merupakan metode penelitian terbaik untuk mengetahui efek obat pada suatu penyakit.
Hasilnya, ada penelitian yang membuktikan ivermectin bermanfaat untuk Covid-19. Tapi, ada juga penelitian yang menemukan tidak ada manfaat obat itu.
Lebih lanjut, penelitian skala kecil dengan peserta uji klinis 50 hingga 200-an orang, membuktikan obat itu bermanfaat.
Sebaliknya, penelitian dalam skala besar dengan peserta 400 orang tidak menemukan manfaat ivermectin untuk Covid-19, bahkan untuk kondisi ringan sekalipun.