Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan sampai saat ini setok obat untuk terapi covid-19 di Indonesia cukup aman.
Berdasarkan data dari yang dipaparkan dalam rapat kerja dengan DPR, disebutkan jika dari 8 obat terapi covid-19, 4 diantaranya setoknya di atas 100 persen kebutuhan.
Pemerintah sendiri, katanya, masih terus berupaya menambah setok yang ada untuk memenuhi kebutuhan di tanah air.
Dalam data tersebut dipaparkan jika setok azythromycin mencapai 746 persen dari kebutuhan, multivitamin 380 persen dari kebutuhan, Ivermectin 365 persen dari kebutuhan dan Oseltamivir 137 persen dari kebutuhan.
Yang saat ini masih di bawah setok yakni Actemra sebesar 6 persen dari kebutuhan dan IV Immunogobulin sebesar 6 persen.
"Untuk obat produk dalam negeri, oseltamivir parifparir, multivitamin dan Azythromizin dari sisi jumlah ada," paparnya.
Dia juga mengatakan sudah berkoordinasi dengan produsen obat dalam negeri untuk distribusi dan pengadaan obat agar bisa dijangkau dengan mudah.
Sementara itu untuk obat impor masih ada sedikit masalah. Budi menyebutkan lebih spesifik obat obat yang menjadi masalah adalah obat remedesivir, obat actemra atau dan tocilizumab dan obat favipiravir.
Untuk mendorong komitmen industri dalam dan luar negeri dalam pemenuhan suplai obat Covid-19, pemerintah mendorong produsen global Actemra-Roche dan lainnya untuk memprioritaskan suplai produknya ke Indonesia. Selain itu juga mencari tambahan suplai dari produsen lain seperti ke China untuk mendapatkan Tocilizumab dan IVig.
Untuk pemenuhan obat remdesivir, pemerintah juga terus mendorong penambahan kuota produk impor dari India, Bangladesh, Mesir, dan China. Beberapa obat kini sedang dalam proses impor.
Lalu juga percepatan dan penambahan produksi dalam negeri untuk mendapatkan obat favipiravir.
Jadi menurut Budi obat ini sangat bergantung pada negara-negara produsen.
Lalu Indonesia juga ada masalah distribusi, oleh karena itu nanti obat akan tersedia di apotek Kimia Farma.
Namun pada eksekusinya nanti akan dibatasi resep dan jumlah beli, sehingga tidak terjadi pembelian dalam jumlah yang banyak. Hal itu guna menghindari aksi obat yang di jual kembali oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Kemudian, akan dibuat sistem transparansi obat secara online. Dengan begitu, pembeli juga bisa melihat stok obat yang tersedia di apotek.
Selain itu, pemerintah juga terus mendorong layanan telemedicine untuk pasien isolasi mandiri. Tak hanya di Jakarta, namun juga akan diperluas untuk daerah lain.
"Minggu ini direncanakan pelayanan ini akan di buka untuk wilayah Jabodetabek dan ibu kota propinsi. Dan wilayah yang bukan ibukota provinsi yang tidak ada akses layanan telemedicine, kita sudah ada bantuan distribusi obat dari TNI," tutup Budi.