Bisnis.com, JAKARTA - Terkadang beberapa makanan modern memang lebih memuaskan kita, namun memiliki sedikit memberikan nutrisi bagi tubuh.
Selain dengan melakukan vaksinasi untuk melakukan pencegahan, menjaga pola makan dan makan makanan yang bernutrisi juga menjadi salah satu bentuk perlindungan dari infeksi Covid-19. Pola makan dapat membantu membangun energi seseorang yang mengalami kelelahan pasca Covid.
Selain itu, Anda juga perlu untuk tetap terhidrasi dan tidur cukup untuk mengatasi Covid-19. Gaya hidup yang tidak sehat maka dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental Anda.
Jika Anda mengonsumsi makanan yang tidak sehat, maka juga akan berkontribusi pada kehidupan yang tidak sehat. Hal ini juga dapat menambah risiko kenaikan berat badan yang tidak perlu yang juga menjadi faktor risiko dari virus corona.
Namun, apakah makanan tertentu dapat mempengaruhi risiko infeksi?
Berdasarkan dari studi yang melibatkan 38.000 orang, yang menggunakan data UK Biobank dalam kasus COVID-19 dari Maret hingga November 2020 pada orang yang sama, ditemukan bahwa makanan tertentu dapat mempengaruhi sistem kekebalan orang.
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa kopi, sayuran dan ASI dapat mengurangi risiko Covid-19 sebesar 10 persen. Sedangkan makanan seperti teh, buah-buahan dan daging merak tidak membuat perbedaan yang signifikan.
Selain itu, berdasarkan dari studi, ditemukan bahwa daging olahan seperti hot dog dikaitkan dengan risiko infeksi yang lebih besar. Menurut para peneliti, bahkan setengah porsi daging olahan setiap hari dapat meningkatkan risiko COVID-19 sebesar 10 persen.
Makanan olahan sendiri juga terdaftar dalam beberapa makanan yang tidak sehat. Makanan ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan, sehingga dapat membuat orang lebih rentan terhadap penyakit kronis. Makanan yang tidak sehat, digoreng atau berminyak dapat dikaitkan dengan komplikasi kardiovaskular.
Namun, sejauh ini memang belum ada pernyataan makanan tertentu yang dapat meningkatkan risiko Covid. Sementara memang belum ada pernyataan mengenai keterkaitan tersebut, para peneliti meyakini bahwa hubungan antara makanan dan Covid-19 lebih mengenai peradangan, bukan kepada bahan makanannya.