Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah penelitian menunjukkan, dosis booster vaksin Covid-19 Sinovac Biotech membalikkan penurunan aktivitas antibodi terhadap varian delta.
Ada kekhawatiran tentang kemanjuran vaksin Sinovac dalam menangani varian delta, yang saat ini telah menjadi varian dominan secara global dan studi ini muncul di tengah kekhawatiran tersebut, meredakan beberapa kekhawatiran tentang respons kekebalan jangka panjangnya terhadap jenis virus yang sangat menular.
Negara-negara yang sangat bergantung pada vaksin buatan China kini mulai memberikan suntikan booster yang dikembangkan oleh produsen Barat: Pfizer dan Moderna, kepada orang-orang yang divaksinasi penuh dengan suntikan Sinovac.
Studi laboratorium ini melibatkan sampel dari 66 peserta, termasuk 38 sukarelawan yang menerima dua atau tiga dosis vaksin.
Melansir 24 News, Selasa (7/9/2021), menurut penelitian, aktivitas antibodi penetralisir terhadap delta tidak terdeteksi dalam sampel yang diambil dari penerima vaksin enam bulan setelah mereka menerima dosis kedua vaksin CoronaVac Sinovac.
Tetapi penerima suntikan booster menunjukkan potensi penetralan lebih dari 2,5 kali lipat terhadap Delta sekitar empat minggu setelah dosis ketiga, dibandingkan dengan tingkat yang terlihat sekitar empat minggu setelah suntikan kedua, menurut para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, Universitas Furan, Sinovac, dan institusi China lainnya.
Mereka tidak membahas bagaimana perubahan spesifik dalam aktivitas antibodi akan memengaruhi kemanjuran suntikan Sinovac dalam mencegah orang sakit dari varian tersebut.
Sebagian besar negara menolak rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengirimkan sekitar 100 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac dan Sinopharm pada akhir bulan ini ke beberapa negara. Negara-negara tersebut menolak tembakan booster dengan alasan kurangnya data tentang efektivitas vaksin terhadap Delta.
Namun, sekitar 1,8 miliar dosis vaksin Sinovac telah dipasok secara global termasuk China pada akhir Agustus, menurut perusahaan.