Sakit jantung pada perempuan/
Health

Duh, 14,4 Persen Kematian di Indonesia Disebabkan Sakit Jantung

Ni Luh Anggela
Senin, 27 September 2021 - 13:26
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit kardiovaskular saat ini masih menjadi masalah, tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Di Indonesia, data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa praevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia 15 dari 1.000 orang penduduk, atau saat ini terdapat 4,2 juta orang yang menderita penyakit kardiovaskular.
 
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) melaporkan 14,4 persen sebab kematian di Indonesia adalah penyakit jantung. Gaya hidup, merokok dan pola makan merupakan kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), dimana 50 persen penderita PJK dilaporkan berpotensi  mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
 
Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung setahun lebih ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang dengan penyakit jantung. Pasalnya, paparan infeksi apapun termasuk infeksi Covid-19 dapat mencetuskan perburukan dari penyakit kardiovaskular seperti terjadinya kekambuhan PJK atau gagal jantung menahun.
 
Laporan rumah sakit di masa pandemi menunjukkan bahwa 16,3 persen pasien yang dirawat dari ruang isolasi Covid ternyata mempunyai komorbid atau koinsiden penyakit kardiovaskular. Di masa sebelum pandemi, dilaporkan bahwa laju rerata mortalitas di rumah sakit akibat serangan jantung adalah 8 persen (di Indonesia), namun laju rerata mortalitas serangan jantung ini dilaporkan meningkat di masa pandemi hingga 22 sampai 23 persen.

dr Isman Firdaus, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengatakan, hal ini terjadi karena salah satunya paparan dari Covid-19 itu sendiri dengan berbagai macam mekanisme yang menyebabkan perburukan dari jantung kita.
 
“Sehingga kami dari PERKI, tetap meminta kepada seluruh masyarakat, terutama yang menderita penyakit jantung untuk menjaga protokol kesehatan dengan ketat. Kemudian juga melakukan vaksinasi agar apabila terpapar, maka gejalanya tidak serius dan mengurangi angka kematian,” kata dr Isman dalam Konferensi Pers: Hari Jantung Sedunia Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI secara daring pada Senin (27/9/2021).
 
dr Isman juga menambahkan menggunakan telekonsultasi atau digital health juga sangat membantu. Ini dimaksudkan agar masyarakat tetap terkoneksi, dan dapat melakukan pencegahan penyakit melalui gadget mereka.
 
Penyakit kardiovaskular semakin tinggi dan risiko kematian akibat serangan jantung juga meningkat. Oleh karena itu, dr Tauhid Nur Azhar, Koordinator Pusat Data & Informasi Pengurus Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) mengatakan, Bantuan Hidup Dasar (BHD) harus dikuasai semua orang.
 
“KREKI mencoba merangkul masyarakat untuk dapat dengan cepat dan tepat dalam pemberian pertolongan gawat darurat kepada korban oleh masyarakat atau orang yang terlatih dan terdekat berbasis aplikasi teknologi informasi,” jelas dr Tauhid.
 
Dengan adanya aplikasi KREKI-119, dr Tauhid berharap dapat menyelamatkan nyawa korban dengan memberikan pertolongan emergensi kesehatan secara cepat dan profesional, sebelum di bawa ke rumah sakit terdekat.

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro