Wellness tourism
Travel

Mengungkap Mutiara Terpendam Potensi Wellness Tourism di Indonesia

Ayyubi Kholid Saifullah
Selasa, 2 November 2021 - 12:51
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tujuan wisata yang banyak diminati masyarakat.

Selain keanekaragaman tradisi dan budaya, Indonesia juga memiliki kekayaan herbal yang bisa dijadikan bahan terapi,obat atau jejamuan untuk pelayanan kesehatan tradisional.

Wellness tourism adalah Salah satu upaya pelayanan kesehatan tradisional yang memiliki potensi untuk pengembangan wisata kesehatan.

Menurut situs-situs primary traveler seperti Yovada, Queen of Retreats, dan Book of Yoga Retreats pada 2018, disebutkan bahwa pasar wellness tourism di Indonesia mampu meraup sebanyak US$44 juta atau setara dengan Rp626 miliar.

Para turis asing juga menghabiskan uang untuk sekali perawatan rata-rata sebesar US$1500-1600 atau sekitar Rp21-22 juta. Ini tentu potensi yang menggiurkan.

"Jadi wellness tourism ini adalah quality tourism dilihat dari length of stay (lamanya tinggal). Karena dalam program diharuskan menginap paling tidak selama seminggu," kata dr. Andry Edwin Dahlan, seorang Wellness Tourism Expert dalam Live Instagram Asah Kebaikan bertajuk Trend Terkini Wellness Tourism, dikutip dari keterangan tertulisnya.

Andry menyebut, wellness tourism mulai jadi tren pada akhir 2020 di masyarakat, yakni, mereka tidak hanya ingin hidup enak melainkan juga dying well atau meninggal dalam kondisi berkualitas. “Jadi, kita nggak harus sakit-sakitan menderita di rumah sakit terus sampai meninggal".

Kondisi tersebut bukan hal mustahil, bahkan untuk orang yang telah mengalami penyakit tertentu.

Wellness tourism merupakan konsep dimana orang sehat pergi ke suatu tempat untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, pencegahan penyakit dan rehabilitasi pasca sakit.

Mungkin masyarakat masih belum begitu familiar dengan wellness tourism dibandingkan dengan medical tourism. Namun, keduanya menginduk pada health tourism.

Andry menjabarkan, di Indonesia, wellness tourism dilakukan di alam karena potensi alam Indonesia luar biasa besar. Dia mencontohkan, pemanfaatan hutan untuk wellness tourism telah dikenal di Jepang yaitu Shinrin-Yoku(forest bathing) sejak, 1982.

Dari beberapa riset kedokteran wellness tourism mampu meningkatkan metabolisme tubuh karena adanya keterlibatan plant energy (energi tumbuh-tumbuhan). Beberapa manfaatnya adalah tekanan darah menurun, kadar gula darah menurun, tubuh terisi penuh energi dan recharging energy.

Andry juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan wellness tourism. Karena, Indonesia memiliki 127 gunung berapi yang di dalamnya mengandung geothermal atau sumber mata air panas bumi.
“Geothermal ini memiliki efek kesehatan.

Di beberapa Onsen atau tempat berendam sumber air panas di Jepang sudah ada riset bahwa berendam di sumber air panas dapat meningkatkan kelancaran aliran darah.

Selain itu, pembuluh darah menjadi rileks sehingga tekanan darah ikut turun. Manfaat lainnya, beberapa penyebab kelelahan, seperti asam laktat, bisa pecah. Kemudian berendam di sumber air panas juga membangkitkan serotonin atau hormon anti stres yang membuat happy,” bebernya.

Bahkan sejumlah geothermal di Indonesia memiliki manfaat lain. Dalam perjalanannya, Andry menemukan geothermal di Belitung yang mengandung selenium. Dalam media, mineral selenium banyak digunakan untuk anti aging medicine atau peremajaan.

Selenium juga bermanfaat dalam perawatan sakit sendi/artritis maupun rematik/radang sendi.

Banyak turis yang berkunjung ke New Zealand untuk berendam di air panas dan air mineral, melakukan wellness tourism di geothermal di New Zealand untuk menyembuhkan kelainan saraf, kelainan pasca stroke maupun lansia yang mengalami kesulitan berjalan.

Andry menjelaskan wellness tourism ini memiliki multiplier effect yang menjangkau seluruh aspek untuk menghidupkan pemberdayaan lokal seperti menyediakan healthy food (makanan sehat) yang disediakan oleh masyarakat setempat.

Pada 2012 melalui Menteri Kesehatan dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah membuat nota kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan wellness tourism yang diharapkan mampu meningkatkan keberhasilan pembangunan pariwisata dan kesehatan termasuk wisata kesehatan.

“Tapi hingga kini gaungan tersebut tidak terdengar sama sekali,” ujar pria lulusan Fakultas Kedokteran Unpad Bandung yang telah berkecimpung di dunia wellness tourism, dan telah berkeliling Indonesia serta melakukan data mengenai keanekaragaman hayati di setiap daerah dalam lima tahun terakhir.

Tidak adanya sinergi merupakan masalah yang ada di Indonesia hingga gaung wellness tourism ini tidak terdengar

"Belum ada arah yang jelas untuk memulai membuat data potensi keanekaragaman hayati di Indonesia. Juga belum adanya kerja sama antara komunitas masyarakat setempat serta belum ada kerja sama siapa yang akan membina mereka,” ujarnya.

Dia menyarankan, sebaiknya institusi pemerintah bisa saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mengoptimalkan wellness tourism di Tanah Air.

“Kalau semua dilakukan dalam musyawarah forum group discussion, kita bisa kembangkan potensi desa sehingga memiliki produk unggulan. Nah itu bisa dijadikan sebuah paket kesehatan," pungkas Andry.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro