Bisnis.com, JAKARTA - Obat antivirus bermerk Paxlovid, produksi Pfizer, diklaim mampu mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19 hingga 89 persen pada orang dewasa. Pfizer membagikan temuan awal uji klinis pada Jumat (7/11/2021).
Dilansir Indiatimes.com, obat produksi Pfizer disebut sangat efektif untuk mencegah penyakit parah pada orang dewas. Sukarelawan menerima dosis obat setelah mereka mulai menunjukkan gejala penyakit selama uji coba.
Pengobatan dilakukan secara kombinasi, terdiri dari tiga pil yang diberikan dua kali sehari.
Paxlovid merupakan obat antivirus baru yang menawarkan perlindungan lebih dibandingkan dengan yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika lainnya, misalnya Merck.
Dalam temuan awal, Pfizer menganalisis 1.219 pasien dengan risiko rawat inap atau kematian setelah terdiagnosis Covid-19 ringan hingga sedang dan adanya setidaknya satu faktor yang dapat menyebabkan infeksi berat, seperti obesitas atau usia yang lebih tua.
Tim peneliti menemukan bahwa hanya 0,8 persen dari mereka yang diberi obat antivirus Pfizer dalam tiga hari sejak timbulnya gejala Covid-19 dirawat di rumah sakit. Kabar baiknya, tidak ada pasien yang meninggal dalam 28 hari setelah perawatan.
Mereka membandingkan data dengan tingkat rawat inap 7 persen untuk pasien plasebo di mana tujuh orang meninggal.
Berdasarkan uji coba awal penelitian, Pfizer mengatakan bahwa antivirus perlu diberikan sedini mungkin untuk mengurangi risiko komplikasi. Obat tersebut dapat mengendalikan virus agar tidak menyebabkan kerusakan parah sebelum infeksi terjadi, agar paling efektif, yaitu dalam waktu tiga hari.
"Kami melihat bahwa kami memiliki kemanjuran yang tinggi, bahkan jika itu adalah lima hari setelah pasien dirawat. Orang mungkin menunggu beberapa hari sebelum mendapatkan tes atau sesuatu, dan ini berarti kami punya waktu untuk merawat orang dan benar-benar memberikan manfaat dari perspektif kesehatan masyarakat," ujar Kepala Program Pfizer Annaliesa Anderson mengatakan kepada Reuters seperti dikutip dari Indiatimes.com, Minggu (7/11/2021).
Meski demikian, Pfizer belum merilis rincian efek samping dari obat antivirusnya. Mereka hanya mengatakan bahwa efek samping hanya terjadi pada 20 persen kasus.
"Data ini menunjukkan bahwa kandidat antivirus oral kami jika disetujui oleh pihak berwenang, berpotensi menyelamatkan nyawa pasien, mengurangi keparahan infeksi Covid-19, dan menghilangkan hingga sembilan dari sepuluh rawat inap," kata Chief Executive Pfizer Albert Bourla dalam sebuah pernyataan.
Pfizer berencana memproduksi lebih dari 180.000 paket obat antivirus pada akhir 2021 dan setidaknya 50 juta paket obat pada akhir 2022.