Bisnis.com, JAKARTA – Untuk pertama kalinya dalam ilmu kedokteran, seorang ahli bedah di AS mentransplantasikan jantung babi ke pasiennya.
Rumah sakit Maryland yang menangani pasien tersebut mengatakan pada Senin (10/1) bahwa kondisi pasien tersebut baik-baik saja, tiga hari setelah menjalani operasi yang sangat eksperimental itu.
Meskipun masih terlalu dini untuk bisa menganggap operasi itu akan benar-benar berhasil, setidaknya ini dapat membuka kemungkinan di masa depan dimana nantinya kita dapat menggunakan organ hewan untuk transplantasi yang menyelamatkan jiwa.
“Transplantasi menunjukkan bahwa jantung dari hewan yang dimodifikasi secara genetik dapat berfungsi dalam tubuh manusia, tanpa penolakan langsung,” kata seorang dokter di University of Maryland Medical Center, melansir ABC News, Selasa (11/1/2021).
David Bennett, pasien berusia 57 tahun yang menjalani transplantasi ini, tahu bahwa tidak ada jaminan bahwa percobaan ini akan berhasil, namun melihat keadaannya yang sekarat dan tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung manusia, dia tidak punya pilihan lain selain menjalani percobaan ini.
“Saya ingin hidup. Saya tahu ini adalah suntikan dalam kegelapan tetapi ini adalah pilihan terakhir saya,” kata Bennett sehari sebelum operasi, menurut pernyataan yang diberikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Maryland.
Sementara itu, pada hari Senin (10/1), Bennett sudah bisa bernapas sendiri tanpa menggunakan alat bantu pernapasan, meskipun dirinya masih terhubung ke mesin jantung-paru untuk membantu jantung barunya. Beberapa minggu kedepan akan menjadi masa kritis bagi Bennett karena dirinya pulih dari operasi dan dokter akan terus memantau bagaimana kondisi jantungnya dengan hati-hati.
Kurangnya organ manusia yang disumbangkan untuk transplantasi mendorong para ilmuwan untuk terus bereksperimen dengan menggunakan organ hewan sebagai gantinya.
“Jika ini berhasil, akan ada pasokan organ-organ ini yang tak ada habisnya untuk pasien yang membutuhkan,” kata Muhammad Mohiuddin, direktur ilmiah program transplantasi hewan ke manusia di Universitas Maryland.
Sebelumnya, upaya transplantasi semacam itu – atau xenotransplantasi – telah gagal, karena tubuh pasien dengan cepat menolak organ hewan tersebut. Khususnya di tahun 1984, Baby Fae, bayi yang sekarat, hidup selama 21 hari dengan hati babon.
Perbedaannya kali ini, ahli bedah Maryland menggunakan jantung babi yang sudah menjalani pengeditan gen, untuk menghilangkan gula dalam selnya yang bertanggung jawab atas penolakan organ yang sangat cepat itu. Dan hingga saat ini, beberapa perusahaan biotek sedang mengembangkan organ babi untuk transplantasi manusia.
Akan tetapi, meskipun langkah ini cukup menjanjikan, David Klassen, kepala petugas medis UNOS memperingatkan bahwa ini hanya langkah tentatif pertama untuk mengeksplorasi apakah kali ini xenotransplantasi akhirnya berhasil.
Sementara itu, Karen Maschke, seorang peneliti di Hastings Center menegaskan sangat penting untuk membagikan data yang dikumpulkan dari transplantasi ini, sebelum memperluasnya ke lebih banyak pasien.
“Terburu-buru melakukan transplantasi dari hewan ke manusia tanpa informasi ini sangat tidak disarankan,” Maschke memperingatkan.