Bisnis.com, JAKARTA – Hari ini, Rabu (12/1) program vaksinasi lanjutan atau booster untuk masyarakat umum mulai berjalan di beberapa puskesmas dan rumah sakit.
Selain diberikan secara gratis untuk seluruh masyarakat Indonesia, vaksin booster diprioritaskan kepada lansia dan penderita imunokompromais.
Anda mungkin bertanya-tanya, apa itu imunokompromais setelah mendengar nama ini. Imunokompromais atau immunocompromised merupakan kondisi abnormal dimana kemampuan seseorang untuk melawan infeksi menurun.
Tergantung pada penyebab sistem kekebalan Anda terganggu, kondisi ini dapat bersifat permanen atau sementara.
Mengutip Pann Medicine, Rabu (12/1), menurut direktur terapi sel dan transplantasi di Penn Medicine David Porter, ada lima hal ini dapat melemahkan sistem kekebalan Anda, yakni penyakit kronis, perawatan medis, transplantasi organ atau sumsum tulang, usia hingga merokok.
Imunokompromais juga dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu sistem imun. Obat tersebut meliputi obat kemoterapi, obat untuk cangkok, steroid dan lainnya.
Gejala utama dari imunokompromais adalah pasien semakin rentan terhadap infeksi. Pasien dengan kegagalan imunitas humoral lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Orang dengan penyakit jenis ini akan mengalami infeksi pernapasan yang berulang, termasuk infeksi pada saluran pencernaan, pneumonia dan meningitis.
Sementara itu, pasien dengan kegagalan imunitas yang dimediasi oleh sel akan rentan terhadap infeksi akibat virus dan jamur. Pada orang dengan penyakit ini, infeksi virus yang belum aktif misalnya Varicella zoster dan Herpes simplex dapat menyebar. Infeksi jamur juga cenderung memengaruhi seluruh fungsi tubuh.
Karena orang dengan kondisi ini sangat rentan terhadap infeksi, sangat disarankan untuk menghindari atau mengurangi kontak dengan orang yang telah terkena infeksi penyakit.
Mereka juga dihimbau untuk memakai alat pelindung, misalnya masker wajah, terutama saat berada di tempat umum. Selain itu, transfusi darah dan pemberian vaksin juga tidak boleh dilakukan pada orang yang memiliki defisiensi sel T dan SCID. Pasalnya, kedua tindakan tersebut dapat menyebabkan penyakit graft-versus-host (penolakan sel donor terhadap sel penerima) atau infeksi yang mematikan.