Bisnis.com, SOLO - Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Fakultas Kedokteran, The University of Hong Kong dan The Chinese University of Hong Kong terkait respons imun pada 120 peserta menunjukkan dukungan pada penggunaan tiga dosis vaksin Sinovac di tengah hadirnya berbagai varian Covid-19 termasuk Omicron.
Peneliti menemukan, tingkat serokonversi dari antibodi penetralisir terhadap Omicron meroket dari 3,3 persen menjadi 95 persen untuk rangkaian dua dan tiga dosis masing-masing.
Pada partisipan yang menerima tiga dosis, peneliti juga mengisolasi 323 antibodi monoklonal manusia yang berasal dari memori sel B, setengahnya mengenali receptor binding domain (RBD). Mereka juga memberikan netralisasi pada SARS-CoV-2 variant of concern (VoC).
Juru bicara SinoVac, Pearson Liu mengungkapkan, penelitian ini memberikan kepastian bahwa tipe vaksin nonaktif tetap efektif melawan Covid-19 di tengah munculnya beragam varian virus baru.
Menurut dia, hasil tersebut juga mendukung tiga dosis imunisasi untuk memastikan perlindungan terhadap Covid-19 dan ini sebuah penemuan yang sejalan dengan saran dari Organsiasi Kesehata Dunia (WHO) dan badan kesehatan di seluruh dunia untuk semua jenis vaksin Covid-19.
Liu mengatakan, data ini muncul seiring adanya penemuan baru yang menunjukkan satu bulan setelah dosis kedua, CoronaVac atau vaksin Sinovac memberikan respons Sel-T yang lebih tinggi dibandingkan dengan vaksin mRNA. Hal ini penting dalam mencegah penyakit serius, rawat inap, dan kematian.
Lebih jauh, data dari beberapa uji klinis pun menunjukkan vaksin Sinovac diasosiasikan dengan minim insiden dan efek samping yang serius.
Di sisi lain, dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia berpendapat, Omicron tampaknya masih relatif tidak ternetralisasi dengan berbagai vaksin tunggal yang sudah ada, baik yang sifatnya mRNA maupun lainnya. Menurut dia, seseorang tetap dapat terinfeksi virus walaupun sudah divaksinasi.
Ceva mengatakan, perubahan protein spike pada VoC menyebabkan 2-5 kali dari kemampuan netralisasi antibodi sehingga mungkin menurunkan efektivitas vaksin dari 90 persen menjadi 78 persen. Walau begitu, vaksinasi masih bisa 90 persen mengurangi risiko kematian dan rawat inap pasien.
Ia pun menambahkan, sebagian besar vaksin diarahkan menguatkan tubuh pasien terhadap varian D614G yang dimiliki kebanyakan varian corona. Namun, yang menjadi masalah, Omicron dengan 30 mutasi tidak memiliki D614G.
"Jadi, tampaknya berbagai macam VoC itu menunjukkan 3-4 kali resistensi terhadap netralisasi vaksin dan varian Omicron bisa sampai dikatakan ratusan peningkatan resistensi vaksin," kata dia.
Namun, uji coba yang dilakukan peneliti menunjukkan efektivitas vaksin pada virus asli yang awalnya bagus kemudian menurun pada berbagai VoC bila kemudian diulang atau diberikan sebagai booster maka memberikan kemampuan kekebalan yang akan meningkat.
"Ini pola penelitian yang dilakukan pada vaksin yang dilemahkan seperti Sinovac," tutur Ceva.
Dia berpendapat, pemberian dosis ketiga vaksin baik mRNA maupun virus yang tidak diaktifkan bisa meningkatkan kekebalan sampai level yang dibutuhkan. Ceva menyimpulkan, hal ini secara teoritis masih bisa dicapai dengan vaksin homolog, begitu juga dengan vaksin heterolog yakni vaksin berbeda dari dua dosis vaksin utama.
Berdasarkan paparan pakar kesehatan dan studi, dosis ketiga vaksin Covid-19 menggunakan vaksin homolog dengan Sinovac mampu meningkatkan kekebalan seseorang terhadap berbagai varian virus corona termasuk Omicron, walau studi lanjutan tampaknya masih diperlukan untuk semakin mendukung kesimpulan awal para peneliti.