Bisnis.com, JAKARTA –Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi seimbang dalam waktu yang cukup lama, sehingga anak mengalami gangguan pertumbuhan dari standar usianya.
Di Indonesia sendiri, masalah stunting menjadi salah satu fokus pemerintah karena merupakan ancaman bagi generasi di masa depan. Sebab, stunting dapat berpotensi memperlambat perkembangan otak, menyebabkan keterbelakangan mental hingga risiko serangan penyakit kronis seperti hipertensi hingga obesitas.
Lantas, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mencegah stunting sejak ini? Berikut kiat-kiatnya untuk Anda.
1. Pahami bahwa stunting perlu dicegah sejak dini
Untuk bisa mencegah stunting sejak dini, Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB University Profesor Hardinsyah mengakatan kita perlu memahami stunting itu sendiri.Untungnya, saat ini sudah banyak masyarakat yang paham betul akan stunting.
“Pencegahan awal yang bisa dilakukan adalah jangan sampai penambahan berat badan ibu hamil tidak mencukupi. Jadi dari penambahan berat badan yang lambat bisa menjadi indikator utama,” kata Hardinsyah dalam temu media Peringatan Hari Gizi Nasional yang diadakan secara virtual pada Selasa (18/1/2022).
Selain itu, tambahnya, , gejala lain yang perlu diperhatikan adalah ibu hamil atau baduta (anak usia di bawah dua tahun) mengalami:
- gangguan nafsu makan yang menurun atau makan sangat sedikit yang berulang,
- mengalami demam, diare atau sakit berulang
- tampak pucat dan gampang lesu, lelah, letih dan lupa
- tampak pendiam, kurus, kekurangan otot dan lemak
- sulit atau lamban pertambahan berat badannya
2. Rencanakan dan mulailah dari yang sederhana dan mudah
Bila Anda sudah memahami mengapa seorang anak bisa mengalami stunting, Anda juga perlu merencanakan beberapa pangan yang dapat mencegah stunting pada janin atau bayi yang baru lahir. Ini termasuk susu, telur, ikan, pangan hewani dan lauk pauk.
Sementara itu, beberapa pangan yang terbukti dapat mencegah bayi stunting setelah lahir termasuk ASI eksklusif, susu pertumbuhan, telur, ikan, pangan hewani, lauk pauk dan berbagai MP-ASI yang diperkaya gizi (MP-ASI program atau MP-ASI Komersial).
3. Pantau pertambahan berat badan Bumil dan periksa kesehatan secara rutin
Anda bisa memantau pertambahan berat badan setiap minggunya dengan kartu pertambahan berat badan ibu hamil.
“Tapi saya kira tiap bulan sajalah ya bisa di timbang, apakah pertambahan berat badannya memenuhi atau tidak. Jangan trimester 3 baru ditimbang,” ungkapnya.
4. Berikan ASI dan MP-ASI yang cukup dengan baik
Ini termasuk memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, melanjutkan pemberian ASI 6 hingga 23 bulan dan memberikan MP-ASI yang cukup dan baik pada usia 6 hingga 23 bulan.
5. Menjaga kesehatan bayi dan anak
Menjaga kesehatan bayi dan anak bisa Anda mulai dengan memanfaatkan layanan imunisasi, mengaja kebersihan lingkungan, makanan dan minuman, menstimulasi anak, hingga menanamkan kebiasaan untuk makan sayur, buah-buahan hingga tahu dan tempe. Juga, ibu hamil perlu dipantau setiap bulannya dan rutin menjalani pemeriksaan.
6. Cek status gizi Anda
Terakhir, Anda bisa melakukan pengecekan gizi di gizi.linisehat.com yang dibuat oleh Hardinsyah, atau melalui aplikasi Cek Status Gizi, termasuk untuk ibu hamil dan anak balita.