Bisnis.com, JAKARTA - Orang yang sudah mendapatkan booster vaksin Covid-19 masih berpotensi terinfeksi Covid-19 varian Omicron, tetapi tidak memiliki gejala dan infeksi yang serius.
Nathan Grubaugh, ahli epidemiologi di Yale School of Public Health di New Haven bersama rekan-rekannya mempelajari hasil 37.877 tes polymerase chain reaction pada sampel yang dikumpulkan di Connecticut selama dua minggu pada pertengahan Desember 2021, ketika varian Delta dan Omicron masing-masing membuat sekitar 50 persen kasus Covid-19 di daerah tersebut.
Tim kemudian menentukan varian mana yang dideteksi oleh setiap tes dan menghubungkan data tersebut dengan status vaksinasi orang yang terinfeksi.
Melansir Nature, Rabu (2/2/2022), dalam pracetak yang diunggah pada 25 Januari, Grubaugh dan timnya melaporkan bahwa orang yang terinfeksi dan tidak divaksinasi atau hanya menerima satu dosis vaksin lebih mungkin memiliki Delta daripada Omicron.
Para peneliti menemukan bahwa varian Omicron memiliki kemampuan menembus kekebalan tubuh, khususnya saat protokol kesehatan sedang longgar.
Tim peneliti menyebutkan bahwa suntikan booster masih mampu mengurangi risiko infeksi Omicron hingga 50 persen. Namun, temuan ini belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Di lain sisi, Nathaniel Landau, ahli mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas New York Grossman di New York City mengatakan penelitian yang dilakukan Grubaugh mendukung gagasan bahwa vaksin Covid-19 khusus Omicron akan berguna, meskipun selalu ada kemungkinan jenis yang sangat berbeda menjadi dominan di masa depan.
"Pertanyaan yang tersisa adalah, apa yang membuat virus lebih menular, serta lebih mampu menghindari sistem kekebalan? Misalnya, kecenderungan virus untuk hidup di saluran udara bagian atas alih-alih di paru-paru dapat menyebabkannya menyebar lebih mudah daripada Delta" katanya.
