Bisnis.com, JAKARTA — Fryda Lucyana, artis penyanyi era 1990 yang kerap membawakan lagu-lagu ciptaan Eros Djarot, harus berhadapan dengan virus Covid-19 yang kembali menyerangnya untuk ketiga kalinya.
Fryda mendapat vonis positif terpapar Covid-19 pada Selasa (1/2/2022), setelah sepekan sebelumnya, Selasa (25/1/2022), merasa pening, meriang, dan sedikit nyeri di tenggorokan. Untuk mengantisipasi kemungkinan terpapar Covid-19, dia pun berinisiatif melakukan Polymerase Chain Reaction (PCR) swab test pada Kamis (27/1/2022).
“Terakhir ke kantor Senin 24 Januari. Lalu, kamis Pagi [sebelum PCR] rasa meriang dan semua gejala hilang dan saya justru merasa fit. Namun, saya tetap PCR dan hasilnya negatif,” ujarnya berkisah kepada Bisnis.com, Kamis (10/2/2022).
Meski kondisi kesehatannya sejak itu masih turun naik, dia tetap beraktivitas seperti biasa berbekal hasil PCR yang negatif dan disertai protokol kesehatan yang ketat. Fryda, yang berkarir di Kantor Sekretariat Negara (Setneg), bahkan masih sempat bekerja lembur dengan melakukan zoom meeting seharian pada Sabtu (29/1/2022).
“Saya merasa gejala bertambah semakin nggak enak dan nyeri tenggorokan mulai mengganggu. Selain Panadol, saya mulai hisap Tantum Verde lagi dan malamnya mulai flu ditandai bersin dan hidung meler. Yang paling mengganggu adalah rasa gatal di bawah permukaan kulit yang bikin gelisah dan nggak bisa tidur. Saya alihkan dengan baca buku nonstop sampai jam 9 pagi berikutnya,” ungkapnya.
Mengingat kondisi tubuh yang tidak kunjung pulih, dia pun memutuskan untuk kembali melakukan PCR swab test pada Senin (31/1/2022) dan ternyata positif Covid-19 untuk yang ketiga kalinya dengan nilai cycle threshold (CT) yang cukup rendah.
Fryda pertama kali terpapar Covid-19 pada 10 September 2020 dengan gejala ringan sehingga melakukan isolasi mandiri (isoman) selama 14 hari di rumah.
Kali kedua, dia terpapar pada 7 Juli 2021 dengan gejala yang jauh lebih banyak dan berat dibandingkan paparan pertama karena mengalami demam tinggi dan sesak nafas hingga terpaksa dirawat di dua rumah sakit, yaitu RS Muhammadyah Taman Puring (12—18 Juli 2021) dan RS MMC (18—30 Juli 2021).
Pada saat paparan Covid-19 yang kedua inilah, Fryda harus merelakan ayahandanya, Fadhly Ilhamy (78) yang berpulang akibat Covid-19 pada 15 Juli 2021. Kala itu, dia terpaksa harus menyaksikan proses pemakaman ayahnya di San Diego Hills secara live.
Sebagai catatan, pada 15 Juli 2021, jumlah kasus positif Covid-19 harian mencapai puncak dengan 56.757 kasus.
“Untuk urutan gejalanya [kasus ke-3] mirip dengan yang saya rasakan saat kena covid yang ke-2 [varian Delta], yaitu meriang, pening, radang tenggorokan, flu, batuk kering diikuti sesak nafas. Bedanya intensitas yang ini yang lebih ringan,” jelas Fryda,yang memiliki komorbid Asma dan Gerd.
Dia menilai vaksin Covid-19 efektif menjadi perisai maupun meringankan gejala maupun risiko Covid-19. “Saya sudah 2 kali mendapat vaksin Sinovac. Sebetulnya, sudah berencana vaksin booster, tetapi ternyata sudah keburu kena. Ini mirip kejadian saat mau vaksin kedua,” tambahnya..
Fryda menambahkan bagi orang dengan kormobid, tentunya perlu kewaspadaan yang lebih tinggi dan effort yang lebih kuat untuk menjaga daya tahan tubuh dan disiplin protokol kesehatan secara ketat.
Pada paparan Covid-19 yang ketiga ini, Fryda mengatakan belum dapat diketahui jenis varian yang menyerangnya. “Untuk menentukan Omicron atau tidak, sample PCR harus dikirim ke Kemenkes dan butuh waktu lama. Kabarnya, permintaan untuk tes varian ini juga sudah ditutup saking membeludaknya permintaan.”
Tangkapan layar Instagram Fryda Lucyana
Fryda berharap agar masyarakat secepatnya menjalani vaksin Covid-19, termasuk vaksin booster. Selain itu, protokol kesehatan secara ketat juga wajib untuk ditaati demi meminimalisir risiko terpapar. Apalagi di tengah lonjakan varian baru Omicron,yang pada Kamis (10/2/2022) bertambah 40.618 kasus positif sehingga total menjadi 4.667.556 kasus.
Fryda menyebut bahwa terpapar Covid-19 sangat menakutkan, terutama saat terpapar covid yang kedua kalinya karena situasi saat itu sangat mencekam.
“Selalu terdengar sirine ambulans yang rapat intervalnya. Jadi kepikiran dan gelisah. Setiap hari berita duka dimana-mana, termasuk almarhum Papa, saat saya sedang berjuang hidup di RS melawan sesak nafas dan demam tinggi... Secara mental dan psikologis, muncul kekuatiran dan trauma,”ungkapnya.
Fryda menekankan bahwa Covid-19 adalah nyata dan masyarakat diharapkan tetap waspada dan tidak apatis.
“Kita harus berupaya dan beradaptasi dalam menghadapinya agar tidak kalah melawan Covid-19. Selalu berpikir positif dan berusaha untuk happy, supaya imun tubuh naik. Jadi kita mau tidak mau harus mampu mengubah mindset dan melawan rasa shock, panik, takut dan/atau khawatir karena itu semua justru akan menurunkan imunitas kita,” tandasnya.