Bisnis.com, JAKARTA— Plasebo merupakan “obat palsu” yang bentuknya mirip dengan obat asli. Plasebo digunakan sebagai pembanding dalam hal uji efektivitas suatu obat pada penelitian uji klinis.
Melalui konten kolaborasi dr @kevintandarto1997 dan dr. RA Adaninggar, Sp. PD @drningz, keduanya ingin mengajak masyarakat untuk membuka mata bahwa salah satu pentingnya uji klinis sebelum mengklaim suatu pengobatan atau metode pengobatan, adalah meminimalkan adanya efek plasebo dan nocebo.
Misalkan, terdapat 2 orang pasien Covid-19 bergejala ringan, yang satu diberikan obat A dan yang satu diberikan plasebo. Hasil akhirnya adalah keduanya sama-sama sembuh.
Kesembuhan pasien Covid tersebut belum tentu karena efek dari obat A tersebut. Belum dapat dipastikan tanpa melalui uji klinis yang ideal karena pasien yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan secara teori bisa sembuh tanpa obat khusus. Hal ini dinamai dengan bias efek plasebo.
Bias yang Ditimbulkan Pada Pasien yang Konsumsi Plasebo
1. Bias konfirmasi
Bias yang menyatakan bahwa individu secara selektif mencari dan memperhatikan informasi yang sesuai dengan keyakinan atau anggapan mereka saja. Saat mengonsumsi plasebo pasien hanya fokus pada informasi yang ingin mereka capai, yaitu “kesembuhan”, walaupun sebenarnya tidak ada efek kesembuhan yang terjadi.
2. Bias kesembuhan penyakit secara alamiah
Ketika pasien mengonsumsi plasebo, ia merasa menjadi sembuh. Namun, hal ini terjadi karena memang penyakitnya sembuh dengan sendirinya secara alamiah, bukan disebabkan oleh plasebo tersebut.
3. Response bias
Pasien secara sadar atau tidak sadar melaporkan perbaikan gejala penyakit setelah konsumsi plasebo, padahal tidak ada perbaikan gejala. Hal ini dikarenakan karena hanya ingin hasil tesnya bagus saja dan membuat senang hati peneliti karena hasil penelitiannya bagus.
4. Bias regresi menuju rata-rata
Pasien cenderung untuk memakan obat ketika kondisi dirinya sudah sangat buruk. Dan ketika terdapat sedikit perbaikan gejala yang terjadi maka pasien berpikir plasebo memberikan efek pengobatan.
5 Bias perubahan gaya hidup
Pasien cenderung untuk merubah gaya hidup menjadi pola hidup yang sehat ketika berpartisipasi dalam penelitian uji klinis
6 Bias recall
Pasien cenderung lupa kondisi dirinya sendiri saat sebelum dilakukan penelitian, sehingga ketika diberikan plasebo pasien berpikir terdapat perbaikan, namun sebenarnya tidak ada perbaikan.
7. Bias faktor psikologis
Perubahan psikologis seperti kecemasan, pola tidur, dan stress dapat mempengaruhi kerja otak sehingga dapat mempengaruhi hasil dari pengobatan
8.Bias ekspektasi
Pasien cenderung berekspektasi untuk mengalami perbaikan ketika diberikan sesuatu, sehingga ketika diberikan plasebo, ia merasa lebih baik.
Efek Nocebo
Bias juga dapat terjadi pada efek samping terhadap pemberian plasbeo, hal ini dinamai dengan efek nocebo. Orang cenderung untuk melaporkan terjadi efek samping ketika diberian pengobatan, padahal yang diberikan hanyalah plasebo. Perlu diingat bahwa efek samping yang terjadi belum tentu disebabkan oleh obat atau tindakan medis
Meminimalisir Efek Plasebo Pada Penelitian
1. Peneliti menggunakan alat ukur yang dapat mengukur secara objektif pada hasil luaran penelitian
2. Penelitian uji klinis dilakukan tersamar ganda (double-blinding) dimana peneliti tidak mengetahui obat atau plasebo yang diberikan kepada pasien, sebaliknya pasien juga tidak mengetahui ia diberikan obat atau plasebo.
3. Penelitian uji klinis dilakukan secara randomisasi antara kelompok intervensi (diberikan obat asli) dengan kelompok kontrol (diberikan plasebo)