Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran muncul di dalam diri seorang ODHA yang diberikan resep suntik penisilin oleh dokternya karena mengalami sifilis.
Pasien tersebut memiliki rasa takut akan suntikan yang bisa menyebabkan reaksi anafilaktik, suatu reaksi berat dan berpotensi mengancam nyawa. Padahal, suntik penisilin baiknya diberikan kepada pasien yang mengidap sifilis.
Melalui akun Instagramnya, Prof. Zubairi Djoerban menjelaskan hubungan antara sifilis, penilisin, dan reaksi anafilaktik yang bisa muncul pada pasein ODHA.
Menurutnya, memang penisilin adalah satu-satunya yang bisa mengatasi sifilis. Meski ada antibiotik, namun ia berstatus sebagai obat kedua dan tergantung pada stadium penyakit yang dialami.
Sifilis sendiri adalah infeksi bakteri yang biasanya menyebar melalui kontak seksual dan dimulai dengan luka tanpa rasa sakit. Sifilis terjadi dalam beberapa bertahap dan gejalanya bervariasi pada setiap tahap.
Pada tahap pertama Sifilis, biasanya melibatkan luka tanpa rasa sakit pada alat kelamin, dubur, atau mulut. Setelah sakit awal sembuh, tahap kedua ditandai dengan ruam.
Pengobatan pinisilin pada sifilis ini jangka panjang dan terkadang diperlukan. Itu sebabnya dipilih penisilin yang bekerjanya lama, yang dapat disuntikkan seminggu sekali, dibandingkan penisilin biasa yang harus disuntikkan tiap hari.
Penisilin bisa menyebabkan reaksi anafilaktik, namun hal ini jarang terjadi. Dari sini, apabila seorang pasien mengalami alergi penisilin, maka dapat dilakukan tes kulit untuk mendeteksi tingkat keparahan.
Apabila seorang pasien mengalami reaksi anafilaktik, dokter biasanya akan memberikan obat yang mengandung adrenalin atau epinefrin.
"Bila Anda ODHA dan punya risiko tinggi untuk alergi, dokter biasanya menasihatkan agar selalu membawa adrenalin," tulis Prof. Zubairi dalam akun Instagramnya.
Kemudian apabila seorang pasien mengalami syok anafilaktik, selain menyuntikkan adrenalin, dokter juga melakukan resusitasi kardiopulmoner (pertolongan jantung – paru) atau melakukan trakeotomi, yaitu mengiris sedikit kerongkongan untuk memasukkan pipa saluran udara.
Untuk memperbaiki pernafasan, kadang dokter juga menyuntikkan obat kortison dan anti histamin.