Ilustrasi gagal jantung/Freepik.com
Health

Edukasi Penyakit Gagal Jantung, Novartis Gandeng Kemenkes dan PERKI

Anshary Madya Sukma
Selasa, 31 Mei 2022 - 14:14
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Melihat tingginya tingkat kematian akibat gagal jantung, Novartis bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).

Dokter anggota PERKI Elkana Nauli dari PERKI mengatakan bahwa penyebab penyakit gagal jantung itu tergantung berdasarkan ras dan kecenderungan genetik masing masing negara.

Nauli menambahkan jika di Indonesia bahwa penyebab gagal jantung ini dibedakan berdasarkan gender.

“Untuk perempuan nomor 1 paling banyak adalah hipertensi kemudian nomor 2 diabetes dan nomor tiga penyakit jantung koroner sedangkan untuk pria paling banyak adalah hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes” ujarnya saat pemaparan Media Briefing daring, Selasa (31/5/2022).

Dia mengatakan lebih dari 2 ribu pasien penyakit kardiovaskuler dari fasilitas kesehatan tipe B dan A yang ada di jawa sumatera prevalensi penyakit ini sudah mencapai angka 5 persen.

Adapun, lebih dari 60 persen populasi yang berdiagnosis gagal jantung berusia dibawah 50 tahun.

Nauli menyebut bahwa kebiasaan pengobatan yang setengah-setengah menjadi penyebab angka kematian dari umur produktif.

“Kadang-kadang pasien menangani hipertensi ketika ada keluhan sakit kepala atau keluhan rasa mau tumbang baru diam au mengobati hipertensinya ketika hipertensi sudah bergerak ke arah normal dia menghentikan pengobatannya dan tidak dilanjutkan lagi” tambahnya.

Perwakilan dari Kemenkes RI Sandra mengatakan bahwa Kemenkes melakukan tindakan untuk penyakit ini dengan 4 pilar penanganan. 

Pertama, promosi kesehatan untuk merubah perilaku dan pemberdayaan masyarakat

Kedua, pendeteksian secara dini untuk identifikasi dan intervensi sejak dini faktor resiko penyakit dengan minimal 1 tahun sekali.


Ketiga, perlindungan  khusus untuk penderita kanker serviks. Terakhir, penanganan kasus untuk melakukan pengobatan sesuai standar Kemenkes.

"Deteksi dini ini dapat melalui screening sejak umur 15 tahun untuk menjaring faktor resiko penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi dan diabetes sehingga dapat berkurang," jelasnya:

Terakhir, Sandra menyampaikan kepada masyarakat agar menerapkan hidup “Cerdik”, yaitu cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet yang seimbang, istirahat yang cukup.

Dengan hal tersebut Kemenkes berharap agar masyarakat dapat menhindari penyakit jantung kardiovaskular.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro