Bisnis.com, SOLO - Kesibukan atas pekerjaan kerap kali membuat orang tua kurang bisa memandu anak-anaknya dalam belajar.
Belum lagi soal menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga mampu menumbuhkan minat anak untuk belajar. Dalam ha ini, tak sedikit orang tua yang merasa clueless.
Namun, tenang! Hal tersebut bisa diatasi dengan mengenal dan memahami “makna belajar” atau meaningful learning.
“Mindful learning atau pembelajaran bermakna merupakan keadaan ketika kita memiliki kesadaran mental mengenai apa yang sedang terjadi, fokus terhadap hal yang sedang dipelajari, dan menerima apa yang sedang diajarkan, termasuk perbedaan pendapat di dalamnya,” kata psikolog Samanta Elsener, dikutp dari siaran pers Zenius.
Diketahui, makna ini terdiri dari aspek acceptance, awareness, dan attention atau disebut Triangle of Mindfulness, di mana penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Acceptance
Acceptance dalam makna belajar adalah situasi di mana anak sudah mampu menerima berbagai pandangan dan pendapat orang lain. Cara melatihnya dapat dilakukan melalui diskusi secara terbuka.
2. Awareness
Hal yang mampu membuat anak merasakan belajar bermakna adalah ketika mereka menyadari kegunaan dari ilmu yang dipelajarinya dalam mencapai cita-cita. Misalnya, agar bisa menakar dosis obat dengan benar, anak-anak harus menguasai matematika. Dengan kesadaran akan manfaat yang bisa mereka miliki, anak akan terpacu untuk terus belajar.
3. Attention
Attention dalam konsep belajar bermakna adalah mengkondisikan anak agar bisa fokus belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Samanta mencontohkan bahwa jika anak memiliki gaya belajar auditori (memahami materi melalui suara dan instruksi), orang tua dapat sering-sering mengajaknya berdiskusi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki anak.
Cara Menciptakan Pembelajaran Bermakna
Lalu, bagaimana orang tua dapat menciptakan pembelajaran bermakna bagi anak? Dikutip dari Head of Academics Primary Zenius, Yuujisensei, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menerapkan pembelajaran bermakna bagi anak.
1. Belajar adalah hak, bukan kewajiban
Ketika anak-anak menjalankan kewajibannya untuk membantu orang tua, misalnya mencuci piring atau menyapu, umumnya anak tidak benar-benar menyukai kegiatan itu. Namun, karena sadar bahwa membantu orang tua adalah kewajiban, mereka akan tetap menjalankan kewajibannya secara sukarela.
Jika konsep kewajiban ini kita aplikasikan ke kegiatan belajar, maka anak pun hanya belajar karena keharusan. Oleh karena itu, posisikan belajar sebagai hak agar anak tahu bahwa mereka berkesempatan untuk menggali ilmu sebanyak mungkin guna mewujudkan cita-citanya.
2. Dampingi anak saat belajar
Hal ini dapat dilakukan orang tua melalui kegiatan sederhana, seperti mengajak mereka menonton video edukatif, lalu berikan beberapa pertanyaan untuk melatih problem solving-nya. Jika anak belum mampu memahami materi dari video, ajak mereka untuk mempelajarinya bersama-sama.
3. Jangan paksa anak belajar
Metode pembelajaran konvensional berupa punishment and reward sudah tidak relevan lagi. Carilah apa yang menjadi ketertarikan untuk anak dan adaptif pada hal tersebut.
Jika anak suka bermain gim, berikan dia kesempatan bermain gim, misalnya satu jam per hari. Jika anak sulit berhenti bermain, orang tua dapat menggunakan parenting tool yang biasanya dapat diunduh dengan mudah. Aplikasi ini akan menonaktifkan handphone secara otomatis ketika waktu bermain sudah melebihi durasi yang kita tentukan.
4. Kondisikan lingkungan dan waktu belajar
Orang tua perlu mengkondisikan lingkungan belajar. Misalnya, dengan meminta anggota keluarga lain menurunkan volume suara televisi ketika anak-anak sedang belajar agar situasi belajar tetap kondusif.