Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito (ketiga kanan) memberikan keterangan pers didampingi Dirut PT Biotis Pharmaceutical Indonesia FX Sudirman (kiri), Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi dan Informasi (IDI) Universitas Airlangga Muhammad Miftahussurur (kedua kiri), Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Fedik Abdul Rantam (kedua kanan), Peneliti Utama Uji Klinik Vaksin Merah Putih Dominicus Husada (ketiga kiri)./Antara
Health

Habiskan Biaya 140 Juta Dolar, Vaksin Inavac Diharapkan Bantu Covid-19 di Indonesia

Widya Islamiati
Rabu, 7 September 2022 - 21:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah melalui tahapan panjang, kabar baik datang untuk PT. Biotis Pharmaceutical Indonesia juga Universitas Airlangga.

Vaksin Inavac yang semula bernama vaksin Merah Putih tengah menunggu tanggal pembacaan hasil uji klinis tahap tiga.

Direktur Utama PT. Biotis Pharmaceutical Indonesia FX Sudirman menyebutkan, dari awal pembahasan tentang rencana pembuatan vaksin dalam negeri hingga saat ini sudah memakan waktu dua tahun lamanya.

"Banyak yang dilalui, banyak pihak terlibat, menkes, BRIN, sampai tanggal 9 November 2021, Rektor Unair menyerahkan bibit vaksin," ungkap Sudirman di pabrik Vaksin PT. Biotis Pharmaceutical Indonesia, pada Rabu, (7/9/2022).

Dengan panjangnya waktu yang dilalui dan sederet persiapan panjang untuk mewujudkan Indonesia pada kemandirian produksi vaksin ini, Sudirman mengungkapkan, untuk ini mengeluarkan modal hingga 140 juta dolar.

"Kita sebenarnya di lokasi ini sudah mengeluarkan investasi, inisial invesment sekitar 100 juta dolar, kemudian karena ada tambahan, karena tidak di desain untuk vaksin covid, tidak di desain untuk platform inactivated, maka akan ada additional invesment, dari 100 juta dolar itu mungkin sekitar 40 juta dolar tambahannya lagi, jadi totalnya sekitar 140 juta dolar,"

Setelah menghabiskan modal yang begitu besar, Sudirman mengharapkan vaksin ini bisa didistribusikan untuk program vaksin booster Indonesia oleh Pemerintah.

Pihaknya pun berharap setidaknya Pemerintah membiayai produksi vaksin besutannya hingga tahun 2023 mendatang.

"Saya sih berharap dibeli pemerintah ya, karena pandemi sampai sekarang juga belum dicabut, kita lihat programnya kan sudah separuh berjalan, bahkan sudah mau booster keempat, booster ketiga aja belum beres, Pemerintah seharusnya menuntaskan itu. Jadi menurut saya pemerintah bisa membiayai ini paling ngga sampai tahun depan gitu," kata Sudirman.

Menurut Sudirman, jika hal itu tidak dilakukan akan ada banyak dampak yang timbul, terlebih untuk kemajuan produksi vaksin.

Di lain sisi, pihaknya percaya penuh dengan komitmen Pemerintah untuk kemandirian produksi vaksin yang dibuat oleh PT Biotis dan Universitas Airlangga ini.

"Ada banyak dampaknya, pertama bukan kita takut untuk bersaing di luar, karena kita yakin dg kebijakan pemerintah, kalau sudah diproduksi disini, vaksin import akan berhenti selama itu dipenuhi, saya rasa komitmen pemerintah Pak Jokowi itu sangat baik, dan mendukung situasi investment sangat baik," ungkap Sudirman. 

Saat ditanyai mengenai rencana ekspor vaksin pun, Sudirman mengungkapkan bahwa pasar global bukanlah prioritasnya.

Meskipun pihaknya telah memikirkan hal itu sebelumnya, tetapi produksi vaksin Inavac ini menurutnya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan vaksin masyarakat Indonesia.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro