Bisnis.com, JAKARTA - Indusri farmasi yang ramah lingkungan (green pharmacy), dinilai menjadi salah satu solusi untuk dunia ketika menghadapi krisis akibat pandemi.
Lead Co-Chairs T20 Indonesia Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesa saat ini tengah mengembangakan green pharmacy, yakni fitofarmaka, obat-obatan herbal dan tradisional. Menurutnya, green pharmacy bisa mengurangi impor sekaligus menciptakan kemandirian bangsa dalam menghadapi situasi darurat.
"Tidak hanya menguras devisa negara, impor bahan baku obat juga dapat menyebabkan supply shock saat terjadinya keadaan darurat seperti pandemi COVID-19," ujar Bambang dalam forum T20 Indonesia: Green Pharmacy's Role in Supporting Global Health Architecture.
Green pharmacy menurutnya juga diperlukan oleh seluruh negara, baik negara berkembang maupun negara maju, karena produk herbal pun bisa memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat, karena memiliki khasiat tinggi serta dapat menjadi obat bagi penyakit menular dan tidak menular..
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalusia mengatakan, obat-obatan herbal saat ini memang menjadi fokus dunia, termasuk negara-negara G20. Salah satu pemicunya adalah pandemi COVID-19 yang membuat anggaran pemerintah di seluruh negara banyak terpakai untuk perawatan kesehatan.
"Obat herbal menjadi fokus para peneliti dan industri di dunia termasuk negara-negara G20. Saat ini semakin banyak negara yang mengakui peran jamu dalam sistem kesehatan nasional mereka," jelasnya.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana saat ini China sudah sangat serius dalam penggunaan obat herbal. Selain itu, saat ini sebanyak 50-70 persen resep obat di Jepang merupakan obat herbal.
Biomolecular Pharmacy Expert Dexa Group, Raymond Tjandrawinata, menjelaskan bahwa saat ini green pharmacy memiliki peran penting bagi kondisi lingkungan saat ini. Dia mengatakan, farmasi memang sangat bermanfaat bagi manusia, namun limbahnya juga sangat merugikan.
"Menurut SeaStats, di Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat 3 terbawah negara enviromentally friendly. Jadi ini perlu kita tingkatkan. Jadi apakah kita masih ingin mencemari lingkungan dengan limbah besar di obat-obatan," jelas Raymond.
Dia menuturkan, saat ini diperlukan industri farmasi yang tidak mencemari lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan pengembangan dalam green pharmacy.