Bisnis.com, SOLO - Festival musik Berdendang Bergoyang yang berlangsung selama tiga hari pada 28, 29, 30 Oktober 2022 berakhir ricuh.
Acara musik ini menjadi bulan-bulanan masyarakat karena diselenggarakan tak sesuai prosedur. Alhasil, hari ketiga festival harus dihentikan paksa karena alasan keamanan.
Berdendang Bergoyang yang diselenggarakan di Istora Senayan disebut over capacity hingga akhirnya diberhentikan oleh pihak berwajib di hari kedua.
Sama dengan Berdendang Bergoyang, di tahun 2017 terdapat festival musik bertajuk Fyre Festival yang berakhir buruk.
Fyre Festival berlangsung di Amerika Serikat (AS) dan mendapat julukan 'festival gagal total' karena promotor yang tak bertanggung jawab. Akibatnya, penyelenggara acara pun dikenai hukuman tahanan selama 6 tahun dengan tuduhan penipuan.
Festival tersebut hendak diselenggarakan di Bahama, di mana penonton harus membayar 12.000 dolar untuk tiket. Acara itu dijadwalkan pada April dan Mei 2017 dengan pengisi acara papan atas.
Billy McFarland, sang promotor, juga dituding menipu karena mengikutsertakan beberapa model dan artis dalam iklannya.
Netflix kemudian membuat dokumenter dari acara musik yang berantakan ini yang dirilis pada 2019 dengan judul 'Fyre: The Greatest Party That Never Happened'.
Sinopsis
Diceritakan, Fyre Festival harusnya diselanggarakan di sebuah pulau pribadi yang ternyata dimiliki oleh seorang kartel.
McFarland yang menyewa pulau tersebut diminta untuk tak menyebut lokasi tersebut, yang menyinggung nama Pablo Escobar (pemimpin Kartel Medellín).
Namun dalam promosinya, McFarland melanggar hingga akhirnya diusir dari pulau tersebut.
Hingga hari-H pertunjukkan, penonton diarahkan ke lokasi baru di Great Exuma, Bahama. Sayangnya konser tak terlaksana karena lokasi yang tak memungkinkan. Para pemegang tiket pun akhirnya terlantar di pulau tersebut.
Untuk diketahui, dokumenter ini diinisiasi oleh Jerry Media, sosial media agensi yang menangani promosi Fyre Festival.