Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan temuan penyakit campak di Indonesia mencapai 53 KLB Campak di 34 Kabupaten Kota di 12 Provinsi per 18 Januari 2023.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik IDAI Anggraini Alam mengatakan dalam laporannya, saat ini setidaknya sudah ada 3.341 kasus.
Karenanya, Anggi meminta masyarakat memahami karakteristik gejala yang timbul pada pasien yang disebabkan virus tersebut.
“Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan atau pilek dan atau konjungtivitis (mata merah akibat peradangan) yang dapat berujung pada komplikasi berupa pneumonia, diare, meningitis,” katanya.
Alasan Dibalik Peningkatan Kasus Campak
Melansir dari WHO, kemunculan kembali penyakit ini diduga karena rendahnya imuninasi campak selama pandemi Covid-19 yang lalu, di mana pada tahun 2019 telah mencapai cakupan tertinggi sepanjang masa yaitu 94 persen untuk dosis pertama dan 83 persen untuk dosis kedua.
Sayangnya, angka tersebut turun masing-masing menjadi 86 persen dan 78 persen pada tahun 2021.
“Penurunan cakupan vaksin, serta gangguan dan penundaan kegiatan imunisasi karena Covid-19, membuat daerah rentan terhadap wabah besar, yaitu campak dan rubella tahun 2023,” jelas Direktur Regional dilansir dari Bisnis, Kamis (19/1/2023)
Alhasil, minimnya kasus campak yang terjadi selama beberapa waktu membuat wawasan publik soal penyakit ini juga sangat terbatas. Bahkan, banyak pula yang meremehkan penyakit campak sebagai bercak kemerahan yang hanya muncul pada kulit dan beberapa waktu akan hilang dengan sendirinya.
Padahal pada kenyataannya, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi serius pada anak balita yang belum diimunisasi campak, seperti gangguan pendengaran, diare parah, pneumonia, sampai ensefalitis atau radang otak hingga bisa menyebabkan kematian.
Penyebab Campak
Anggi menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diketahui, di mana penyebab utama campak adalah infeksi virus dari famili Paramyxovirus, seperti rubeola dan rubella. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui percikan air liur penderita campak.
Pada awalnya, virus campak akan menginfeksi saluran pernapasan. Pada akhirnya, virus ini akan menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui aliran darah
Perlu diketahui, penderita campak dapat menularkan penyakitnya sejak 4 hari sebelum ruam merah muncul pada kulit. Bahkan, penderita campak juga masih bisa menularkan penyakit tersebut 4 hari setelah ruam merah muncul. Di samping itu, virus penyebab campak juga bisa bertahan di udara dan menempel pada benda-benda selama kurang lebih 2 jam.
Gejala Campak
Umumnya, gejala campak akan muncul kurang lebih sekitar 7 sampai 14 hari setelah tubuh terinfeksi virus rubeola atau rubella. Gejala awal dari campak adalah demam tinggi, batuk, pilek, serta mata merah. Memang, gejala awal campak tersebut terlihat sedikit mirip dengan flu umum.
Namun setelah beberapa hari, campak akan memunculkan gejala khas yakni ruam merah pada kulit. Adapun gejala dari penyakit campak adalah sebagai berikut:
1. Pilek, batuk, dan sakit tenggorokan
2. Tubuh terasa lemas
3. Mata merah
4. Demam tinggi
5. Sakit dan nyeri otot
6. Nafsu makan menurun
7. Diare
8. Mual dan muntah
9. Ruam kulit yang meluas adalah tanda klasik campak. Ruam ini dapat bertahan hingga 7 hari dan umumnya muncul dalam waktu 14 hari setelah terpapar virus. Ini biasanya berkembang di kepala dan perlahan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
10. Bercak putih keabu-abuan pada membran mukosa, seperti mulut dan tenggorokan.
Pencegahan Campak
Meski, kasus campak yang ada di Indonesia ini harus menjadi perhatian bagi para orang tua yang memiliki balita. Namun, tidak menutup kemungkinan kasus campak menyerang segala usia.
Untuk anak-anak, vaksin MMRyang merupakan jenis vaksin yang akan melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit, yaitu gondongan (mumps), campak (measles), dan rubela (rubella) akan diberikan melalui 2 dosis, di mana dosis pertama dilakukan saat anak berusia 12 sampai 15 bulan lalu dosis kedua dilakukan saat anak berusia 4 sampai 6 tahun.
Sementara itu, orang dewasa yang belum pernah menerima imunisasi dapat meminta vaksin dari dokter mereka.
Sementara itu, beberapa kelompok tidak boleh menerima vaksinasi campak. Kelompok-kelompok ini meliputi:
1. Orang yang pernah mengalami reaksi yang mengancam jiwa terhadap vaksin campak atau komponennya.
2. Wanita hamil
3. Orang dengan gangguan kekebalan, yang dapat mencakup orang dengan HIV atau AIDS, orang yang menjalani pengobatan kanker, atau orang yang menggunakan obat yang menekan sistem kekebalan
Efek samping vaksinasi biasanya ringan dan hilang dalam beberapa hari. Mereka dapat mencakup hal-hal seperti demam dan ruam ringan Selain itu, pencegahan campak juga bisa dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan, menggunakan masker saat bepergian, dan lain sebagainya.