street Harajuku, Jepang/
Travel

Dari Ukraina hingga China, Berikut Deretan Negara Alami Depopulasi

Arlina Laras
Selasa, 16 Mei 2023 - 10:43
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketika bumi bertambah tua, muncul krisis depopulasi di sejumlah negara.

Masalah ini muncul, karena berbagai alasan. Mulai dari tingkat kematian tinggi, hingga angka kelahiran yang rendah.

Depopulasi sendiri berarti terjadinya penurunan jumlah penduduk suatu negara secara signifikan dalam periode waktu tertentu. 

Jika tingkat kelahiran lebih rendah daripada tingkat kematian atau angka kelahiran di bawah tingkat reproduksi yang diperlukan untuk mempertahankan jumlah penduduk, maka populasi akan menurun.

Untuk mengatasi depopulasi ini, banyak negara bekerja keras. Seperti menggalakkan kenaikan jumlah kelahiran, hingga membujuk warga negara asing pindah ke negaranya dengan iming-iming kompensasi.

Lantas negara mana sajakah yang kini mengalami krisis populasi alias depopulasi?

Melansir dari World Population Review, berikut daftar negara yang mengalami depopulasi 

1. Bulgaria

Dari Ukraina hingga China, Berikut Deretan Negara Alami Depopulasi

Populasi Bulgaria diperkirakan akan turun 22,5 persen dari 6,9 juta pada 2020 menjadi 5,4 juta pada tahun 2050. Penurunan populasi Bulgaria terutama disebabkan oleh migrasi massal yang meninggalkan negara.

2. Lithuania

Penduduk Lithuania diproyeksikan akan menyusut sebesar 22,1 persen dalam tiga dekade mendatang. Penduduk diperkirakan akan berkurang dari 2,7 juta menjadi 2,1 juta orang. Seperti Bulgaria, penurunan populasi Lithuania terbesar disebabkan oleh migrasi massal.

3. Latvia

Latvia diperkirakan akan mengalami penurunan populasi sebesar 21,6 persen antara tahun 2020 dan 2050. Latvia telah kehilangan sekitar satu perlima populasinya sejak menjadi anggota Uni Eropa pada Mei 2004. Penurunan populasi Latvia disebabkan oleh migrasi ekonomi dan tingkat kelahiran yang rendah.

4. Ukraina

Populasi Ukraina diproyeksikan akan turun dari 43,7 juta pada 2020 menjadi 35,2 juta pada 2050, penurunan sebesar 19,5 persen. 

Tingkat emigrasi yang tinggi, bersama dengan tingkat kematian yang tinggi dan tingkat kelahiran yang rendah, menjadi penyebab utama penurunan populasi Ukraina. 

5. Serbia

Penduduk Serbia diperkirakan akan menurun dari 8,7 juta menjadi 7,1 juta dalam 30 tahun mendatang, penurunan sekitar 18,9 persen. 

Banyak pekerja terampil dan terdidik Serbia yang telah meninggalkan negara ini untuk mencari peluang kerja yang lebih baik, karena peluang kerja di Serbia sangat terbatas. Tingkat migrasi yang tinggi dipadukan dengan tingkat kelahiran yang rendah menjadi faktor utama penurunan populasi.

6. Bosnia dan Herzegovina

Penduduk Bosnia dan Herzegovina diproyeksikan akan mengalami penurunan sebesar 18,2 persen, menyusut dari 3,3 juta pada 2020 menjadi 2,7 juta pada 2050. Tingkat kelahiran di Bosnia dan Herzegovina jauh di bawah tingkat penggantian populasi yaitu 2,1 kelahiran per wanita, dengan hanya 1,26 kelahiran per wanita.

7. Syria

Konflik perang yang berkepanjangan selama lebih dari satu dekade di Syria telah menyebabkan kehancuran populasi. Jutaan pengungsi melarikan diri ke negara tetangga dan negara lainnya. Sekitar 606.000 orang tewas dalam konflik ini menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).

8. Jepang

Jepang juga mengalami depopulasi yang signifikan karena tingkat kelahiran yang rendah dan penuaan penduduk. Tingkat kelahiran di Jepang adalah salah satu yang terendah di dunia, dengan tingkat kelahiran sekitar 1,3 anak per wanita. Hal ini menyebabkan populasi Jepang menyusut dan menyebabkan tantangan sosial dan ekonomi yang serius.

9. Kroasia

Populasi Kroasia diperkirakan akan menurun sebesar 18,0 persen. Populasi diproyeksikan akan turun dari 4,1 juta menjadi 3,4 juta dalam 30 tahun mendatang. 

Populasi mencapai puncaknya pada tahun 1991 dengan 4,78 juta jiwa, namun telah mengalami penurunan karena tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang menua.

10. Moldova

Populasi Moldova akan mengalami penurunan sebesar 16,7 persen antara tahun 2020 hingga 2050. Populasi diperkirakan akan turun sebanyak 600.000 jiwa, dari 4 juta menjadi 3,4 juta.

Kemiskinan dan korupsi di Moldova telah mendorong pekerja muda yang berpendidikan tinggi untuk meninggalkan negara tersebut, sementara populasi yang menua menghadapi standar hidup yang rendah dan tingkat kematian yang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro