Bisnis.com, JAKARTA - Sindrom Lazarus adalah kondisi medis yang sangat tidak biasa di mana seseorang tiba-tiba bangkit kembali setelah dinyatakan meninggal dunia dan jantung henti.
Sindrom ini terjadi ketika jantung seseorang berhenti berdetak dan, tiba-tiba jantung mereka mulai berdetak lagi dengan sendirinya.
Masih belum jelas kapan tepatnya Sindrom Lazarus mulai muncul setelah seseorang dinyatakan meninggal.
Menurut contoh yang telah didokumentasikan, fenomena tersebut mungkin muncul antara beberapa menit dan satu jam setelah upaya resusitasi yang sia-sia.
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Namun, penting untuk dicatat bahwa Sindrom Lazarus sangat jarang terjadi, dengan kurang dari 100 kejadian yang dikonfirmasi secara global.
Ini tidak boleh disamakan dengan metode biasa untuk menghidupkan kembali seseorang, seperti CPR. Ini sering mengejutkan dan membingungkan praktisi medis dan individu itu sendiri.
Gejala dan penyebab sindrom Lazarus
Tanda-tanda Sindrom Lazarus mungkin termasuk kembalinya denyut nadi, pernapasan spontan, mata terbuka, dan gerakan tubuh. Tekanan darah juga dapat meningkat setelah sirkulasi kembali.
Penyebab spesifik sindrom Lazarus tidak diketahui, meskipun ada beberapa kemungkinan asumsi. Ini termasuk keterlambatan pembersihan obat yang digunakan selama resusitasi, penumpukan gas di rongga dada selama CPR, dan udara yang terperangkap di paru-paru. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi aliran darah dan menciptakan kondisi untuk pemulihan sirkulasi secara spontan.
Sindrom Lazarus dapat memiliki efek psikologis yang signifikan. Bagi orang yang menghidupkan kembali, hal itu bisa membuat kewalahan secara emosional dan menimbulkan pertanyaan tentang hidup dan mati.
Profesional perawatan kesehatan mungkin merasakan rasa bersalah atau kegagalan profesional jika resusitasi gagal, tetapi kembalinya sirkulasi yang tidak terduga juga dapat membawa kelegaan dan keheranan.
Setiap pasien dan profesional medis mungkin memiliki gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan bergumul dengan masalah filosofis kritis. Terakhir, Sindrom Lazarus mengingatkan kita bahwa hidup tidak dapat diprediksi, terutama di bidang kedaruratan medis.