Bisnis.com, JAKARTA - Perubahan gaya berjalan atau cara berjalan yang terpengaruh dapat menjadi tanda adanya masalah dengan hati (liver). Sayangnya banyak orang yang mengabaikan.
Padahal, hati merupakan salah satu organ yang perannya sangat vital dalam tubuh manusia. Organ yang juga disebut liver ini merupakan organ terbesar di dalam tubuh.
Bahkan, ketika hati mengalami perlemakan yang signifikan, organ ini dapat mengalami perubahan struktural dan fungsional. Hal ini dapat mempengaruhi sistem saraf dan otot yang terlibat dalam proses berjalan.
Seseorang dengan penyakit hati berlemak mungkin mengalami perubahan pada gaya berjalan mereka, seperti berjalan dengan langkah yang tidak stabil, kehilangan keseimbangan, atau perubahan kecepatan berjalan.
Gangguan gaya berjalan
Direktur Departemen Ilmu Bedah Lanjutan & Bedah Amit Javed menjelaskan kelainan gaya berjalan merujuk pada perubahan atau penyimpangan dari pola berjalan atau bergerak yang normal.
Kelainan tersebut dapat mempengaruhi panjang langkah, kecepatan, koordinasi, atau postur tubuh saat berjalan atau berlari. Kelainan gaya berjalan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah muskuloskeletal, kelainan saraf, cedera, atau kondisi medis yang mendasarinya.
Beberapa jenis kelainan gaya berjalan yang umum meliputi, gaya berjalan antalgik yang terjadi ketika seseorang menjadi pincang.
Lalu, adapula spastik, gaya berjalan yang ditandai dengan gerakan yang kaku dan tersentak-sentak. Gaya berjalan spastik sering terkait dengan kelainan saraf seperti cerebral palsy.
Selain itu, gaya berjalan ataksik, sehingga gerakan tidak terkoordinasi saat berjalan. Seseorang dengan gaya berjalan ataksik mungkin tampak tidak stabil atau goyah.
Sementara, gaya berjalan steppage pun kerap ada, di mana ini sering dikaitkan dengan kelumpuhan atau kelemahan otot-otot pergelangan kaki.
"Perkembangan kelainan gaya berjalan dari waktu ke waktu dapat terjadi pada kondisi neurologis yang semakin memburuk. Cedera atau stroke juga dapat menyebabkan kelainan gaya berjalan yang tidak terduga,” jelasnya dilansir dari Times of India, Rabu (28/6/2023).
Hubungan Perubahan Cara Berjalan dengan Penyakit Hati
Meskipun perubahan cara berjalan bukanlah indikator spesifik dari penyakit hati berlemak, terdapat hubungan tidak langsung antara keduanya.
Javed menjelaskan, perubahan cara berjalan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah muskuloskeletal, gangguan saraf, cedera, atau kondisi medis yang mendasarinya.
Namun, pada tahap lanjut penyakit hati, termasuk penyakit hati berlemak, komplikasi seperti pengecilan otot, neuropati, kelemahan, dan kelelahan dapat menyebabkan kelainan dalam cara berjalan. Beberapa komplikasi tersebut meliputi:
1. Asites
Asites adalah penumpukan cairan di rongga perut yang sering terjadi pada penyakit hati lanjut.
Peningkatan tekanan perut akibat asites dapat mempengaruhi postur dan gerakan seseorang, sehingga berpotensi menyebabkan perubahan dalam cara berjalan.
2. Pengecilan Otot
Penyakit hati kronis dapat menyebabkan pengecilan otot atau kehilangan massa otot, suatu kondisi yang disebut sarcopenia.
Penurunan kekuatan dan kekencangan otot ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berjalan normal dan menyebabkan kelainan dalam cara berjalan.
3. Neuropati
Penyakit hati terkadang dapat dikaitkan dengan neuropati perifer, yaitu kerusakan pada saraf di luar sistem saraf pusat.
Neuropati perifer dapat menyebabkan gejala seperti mati rasa, kesemutan, atau kelemahan pada kaki dan kaki, yang dapat mempengaruhi keseimbangan dan cara berjalan.
4. Kelelahan dan kelemahan
Penyakit hati dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan umum, yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berjalan dengan pola gaya berjalan yang normal.
Disfungsi dan peradangan hati dapat mengganggu pemrosesan dan pemanfaatan nutrisi yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, yang dapat menyebabkan kelemahan otot dan mempengaruhi cara berjalan.