Bisnis.com, JAKARTA - Puluhan warga Gunung Kidul, Yogyakarta positif terpapar penyakit antraks setelah menyembelih dan mengonsumsi daging hewan ternak yang terinfeksi antraks. Laporan Kementerian Kesehatan menyebutkan terdapat tiga warga di antaranya meninggal dunia.
Melansir situs Balai Besar Veteriner Wates, Kementerian Pertanian penyakit antraks disebabkan oleh oleh bakteri Bacillus anthracis. Pada umumnya, penyakit ini menyerang hewan ruminansia seperti sapi, kambing, domba dan kerbau. Penyakit antraks bersifat zoonosis, artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Spora penyakit antraks dapat bertahan lama di lingkungan hingga puluhan tahun. Manusia dapat terpapar penyakit antraks melalui saluran pernapasan, luka terbua hingga saluran pencernaan. Karena itu, memakan daging ataupun produk dari hewan ternak yang terinfeksi antraks dapat beresiko tertular melalui saluran pencernaan.
Lebih dari 90 persen kasus antraks pada manusia menyerang kulit. Infeksi pada luka terbuka di kulit menjadi transmisi paling umum terjadi.
Gejala penyakit antraks pada manusia
Manusia yang terinfeksi antraks melalui luka terbuka biasanya ditandai dengan gejala kulit ruam dan kemerahan, muncul benjolan disertai perih dan gatal. Di sekitar kulit yang terinfeksi juga terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
Adapun infeksi antraks karena mengkonsumsi produk hewan ternak yang sakit dapat menimbulkan masalah pada saluran pencernaan. Gejala yang biasa muncul yakni mual, muntah, hingga diare yang disertai darah.
Sementara itu, infeksi antraks melalui saluran pernapasan biasanya muncul gejala seperti sakit tenggorokan, sesak di bagian dada hingga kesulitan bernapas.
Cara mengobati penyakit antraks
Diagnosis penyakit antraks pada manusia dapat dilakukan melalui tes darah untuk identifikasi bakteri Bacillus anthracis dan uji Polymerase Chain Reaction (PCR).
Pada manusia, infeksi bakteri antraks dapat diobati dengan pemberian antibiotik seperti ciprofloxacin dan doxycycline dan disertai dengan antitoksin.