Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengadakan perilisan situs web pasar ekstraksi bahan obat alam dan bahan baku rempah di Indonesia, AIRINDO.org (27/7).
AIRINDO (Asosiasi Industri Ekstrak Bahan Alam dan Rempah Indonesia) adalah inisiasi asosiasi yang dibentuk bersama BPOM pada 2022 lalu.
Asosiasi ini dibentuk dengan tujuan mendorong kualitas produksi dan distribusi ekstrak bahan alam dan rempah Indonesia.
AIRINDO terdiri dari lima perusahaan produk rempah dan obat tradisional, yakni PT Borobudur Industri Jamu, PT Konimex, PT Phytochemindo, PT Semarang Herbal Indoplant, dan PT Tri Rahardja atau Javaplant.
Pembentukan asosiasi yang diikuti oleh peluncuran situs web ini menjadi upaya BPOM dan industri dalam mewujudkan kemandirian nasional untuk bahan obat alam.
Keberadaan asosiasi juga diharapkan bisa meningkatkan mutu dan daya saing produk obat tradisional yang menggunakan ekstrak bahan alam dan rempah lokal.
Program yang dijalankan oleh BPOM dan perusahaan AIRINDO ini mencakup standarisasi ekstrak bahan baku, pembinaan dan pelatihan untuk kelompok tani, proses pascapanen atau agroindustri, pengawasan jalur distribusi, hingga pengelolaan oleh perusahaan industri.
Ketua BPOM, Penny Lukito, menyampaikan dalam sambutannya bahwa harapan yang hendak dicapai dari program ini adalah mengembalikan kejayaan rempah Indonesia melalui bahan baku obat alam dan obat tradisional yang berasal dari rempah.
Kemandirian itu mencakup pengadaan bahan baku yang terstandarisasi kualitasnya. Penny juga menyampaikan kondisi produk sejauh ini, “Sudah 15 ribu obat tradisional yang terdaftar di BPOM, 81 obat herbal sudah terstandarisasi.”
Angka tersebut ingin ditingkatkan melalui peran industri dalam memberdayakan petani. PT Sido Muncul menjadi salah satu perusahaan yang hadir dalam acara diwakili oleh Manajer Pusat Penelitian Rempah PT Sido Muncul Bambang Supartoko.
Bambang menyebutkan masalah utama dalam produksi bahan baku obat alam dan rempah adalah masih banyak petani yang mengambil ekstrak dari alam dan tidak membudidayakan. Oleh karena itu, PT Sido Muncul mengadakan pembinaan kepada petani agar bisa menanam tanaman obat dengan sistem padat karya.
Selain itu, pembekalan agroindustri juga diperlukan. Hal ini mencakup proses pengolahan setelah memanen tanaman seperti pencucian, pemotongan, dan pengeringan. Bambang mengatakan, “Hasil panen sudah bagus tapi karena proses pascapanen atau agroindustrinya tidak sempurna, sehingga kualitasnya menurun.”
Dalam hal itu, PT Sido Muncul memberikan pembekalan melalui capacity building atau pengembangan keterampilan kepada petani perorangan dan kelompok tani yang menjadi mitra perusahaan.
Selain dari industri, Badan Riset dan Inovasi Nasional juga menyampaikan pentingnya memperkuat produksi di hulu, yakni di petani tanaman obat dan rempah.
Dr. Otih Rostiana, peneliti BRIN menyebutkan bahwa keberlanjutan juga merupakan hal yang penting dalam pemberdayaan petani, “agar mereka bisa tetap bekerja meski ada pergantian permintaan tanaman obat.”
Dengan pemberdayaan berkelanjutan, pekerjaan petani tidak akan hanya bergantung pada permintaan industri saja, tetapi bisa berdiri sendiri. Kemandirian ini mencakup kemampuan menanam berbagai jenis tanaman herbal dan keterampilan agroindustri agar bisa memperoleh nilai tambah dari pemrosesan pascapanen.
Selain petani sebagai hulu produksi, BPOM juga memberikan perhatian bagi produsen produk obat bahan alam skala kecil, seperti UMKM produsen jamu dan produk tanaman dan rempah lainnya.
Dengan adanya AIRINDO dan AIRINDO.org, setiap pihak baik dari industri, peneliti, BPOM, dan petani bisa bekerja sama dalam mengupayakan kemandirian nasional dalam bahan baku obat bahan alam. Target industri yang hendak dicapai juga bukan hanya industri besar, tetapi juga pelaku usaha UMKM.