Bisnis.com, JAKARTA - Polusi udara yang parah masih terus menjadi momok, terutama di Jakarta. Tak hanya bisa membahayakan pernapasan, tapi juga bisa menimbulkan penyakit lainnya.
Mengutip Medical News Today, polusi udara adalah salah satu faktor risiko terbesar yang menimbulkan berbagai penyakit di samping tekanan darah tinggi, merokok, dan kadar glukosa darah yang tinggi.
Polusi udara juga merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular yang berkontribusi terhadap sekitar 1 dari 3 kematian secara global.
Polusi udara berbentuk partikel (particulate matter/PM) yang dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan diameternya. Partikel kasar berukuran kurang dari 10pm tapi lebih dari 2,5 pm, partikel halus berukuran kurang dari 2,5pm, dan partikel ultra-halus kurang dari 0,1 pm.
Penelitian menunjukkan partikel halus adalah faktor risiko lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kematian dan kecacatan dari penyakit kardiovaskular.
Baru-baru ini, para peneliti menyelidiki dampak dari polusi partikel 2,5pm dan kematian terkait kardiovaskular. Mereka menemukan bahwa antara tahun 1990 dan 2019, jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskular dini dan kecacatan selama bertahun-tahun terkait dengan polusi 2,5pm meningkat sebesar 31 persen secara global.
Untuk studi tersebut, para peneliti menganalisis data dari Global Burden of Disease Study 2019, yang berisi data kesehatan dari 204 negara. Secara khusus, mereka memeriksa data tentang penyakit jantung iskemik dan stroke terkait partikel polusi antara tahun 1990 dan 2019.
Para peneliti mencatat bahwa kematian semua usia meningkat dari 2,6 juta pada 1990 menjadi 3,5 juta pada 2019.
Jumlah kematian laki-laki yang terjadi selama masa penelitian juga meningkat sebesar 43 persen, sedangkan jumlah kematian perempuan meningkat sebesar 28,2 persen.
Adapun, di negara-negara dengan kondisi ekonomi yang lebih rendah, ditemukan bahwa orang lebih mungkin meninggal karena kondisi kardiovaskular karena terpapar polusi.
Namun, beberapa negara melihat penurunan kematian dan kecacatan dari kondisi kardiovaskular terkait materi partikulat polusi seperti di Eropa. Kemungkinan karena paparan PM yang lebih sedikit dengan adanya langkah-langkah pengendalian polusi udara serta akses kualitas yang lebih tinggi ke fasilitas dan layanan kesehatan.
Mengapa Polusi Udara Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung?
Dr. Wei Chung-Su, PhD, asisten profesor dan peneliti ilmu lingkungan di UTHealth Houston, menjelaskan, setelah terhirup ke dalam sistem pernapasan manusia, partikel kasar umumnya berhenti di saluran udara bagian atas. Namun, partikel halus dan sangat halus dapat mencapai dan mengendap di area yang lebih dalam di paru-paru.
Dia juga menjelaskan bahwa ketika materi partikulat mengendap di daerah paru-paru, zat berbahaya dari partikel tersebut dapat menyebar ke dalam sistem peredaran darah. Hal ini kemudian dapat menyebabkan stres oksidatif dan pembengkakan, yang pada akhirnya menyebabkan efek kardiovaskular yang berbahaya.