Ginjal sehat/boldsky.com
Health

Ilmuwan Ciptakan Ginjal dari Sel Manusia dalam Embrio Babi

Redaksi
Selasa, 12 September 2023 - 12:02
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sains terus berkembang dan menemukan hal-hal baru. Kali ini, para ilmuwan telah berhasil menumbuhkan ginjal yang sebagian besar terdiri dari sel manusia di dalam embrio babi.

Dilansir dari Science News, keberhasilan ini membawa para peneliti selangkah lagi menuju jalan panjang dalam menghasilkan organ manusia yang layak untuk transplantasi. Hasil dari penelitian ini dilaporkan pada tanggal Kamis (7/9/23) di Cell Stem Cell. Tao Tan, ahli biologi sel di Universitas Sains dan Teknologi Kunming di Tiongkok yang membantu menciptakan embrio ini pada 2021, mengatakan bahwa ini merupakan kemajuan besar dalam chimerisme manusia-hewan.

Transplantasi organ dibutuhkan banyak orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat saja, lebih dari 100.000 orang saat ini berada dalam daftar tunggu transplantasi organ. Sebagian besar dari orang-orang tersebut membutuhkan transplantasi ginjal. Untuk memenuhi permintaan transplantasi organ yang menyelamatkan nyawa, para ilmuwan telah mencari metode baru untuk menumbuhkan organ dan jaringan pada hewan.

Dilansir dari The Guardian, penelitian ini melibatkan pembuatan embrio chimeric manusia-babi yang mengandung kombinasi sel manusia dan babi. Ketika dipindahkan ke induk babi pengganti, embrio yang sedang berkembang terbukti memiliki ginjal yang sebagian besar berisi sel manusia, menandai pertama kalinya para ilmuwan menumbuhkan organ padat yang dimanusiakan di dalam hewan lain.

“Pendekatan kami meningkatkan integrasi sel manusia ke dalam jaringan penerima dan memungkinkan kami menumbuhkan organ manusia pada babi,” kata Liangxue Lai, penulis senior dan ahli biologi sel induk Liangxue Lai, Institut Biomedis dan Kesehatan Guangzhou di Tiongkok, mengenai studi tersebut.

Lai dan timnya menghabiskan lebih dari lima tahun menyempurnakan metode mereka untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup sel induk manusia. Meskipun embrio babi masih berupa sel tunggal, tim menggunakan alat pengeditan gen CRISPR/Cas9 untuk mengedit dua gen yang diperlukan untuk perkembangan ginjal. Hal ini menciptakan ruang untuk iPSC manusia dapat berkembang menjadi sel ginjal.

Sel induk manusia juga telah disesuaikan agar memiliki gen aktif khusus yang meredam apoptosis atau kematian sel untuk menjaga sel tetap hidup cukup lama untuk mendapatkan pijakan dan mulai membentuk ginjal. Ginjal tidak sepenuhnya manusia karena memiliki pembuluh darah dan saraf yang sebagian besar terbuat dari sel babi sehingga tidak dapat digunakan untuk transplantasi dalam bentuknya yang sekarang. Belum jelas apakah tantangan untuk membuat organ tubuh manusia seutuhnya dapat dicapai dengan teknik rekayasa genetika saat ini.

Prof Dusko Ilic, ilmuwan sel induk di King's College London, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menggambarkan penelitian ini sebagai perintis, tetapi mengatakan penerapan klinis apa pun tidak akan terjadi di masa mendatang. Dia juga setuju atas perkataan penulis studi bahwa akan ada banyak tantangan.

Massimo Mangiola, ahli imunologi transplantasi di New York University Langone Health Studi, yang juga tidak terlibat dalam studi mengatakan bahwa studi ini merupakan langkah penting dan menarik. Namun, xenotransplantasi masih memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berfungsi sepenuhnya.

Tantangannya saat ini ada beberapa, misalnya, meskipun sel induk berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel, termasuk sel tubular ginjal dan jaringan perkembangan, ginjal manusia memiliki lebih dari 70 jenis sel unik yang perlu direkapitulasi oleh para ilmuwan. Sampai para peneliti dapat menciptakan organ yang 100 persen mirip dengan manusia, kemungkinan besar transplantasi tersebut akan memicu penolakan.

Selain itu, beberapa iPSC secara keliru berdiferensiasi menjadi sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang embrio. Mangiola mengatakan bahwa sel-sel tersebut tampak acak, tidak seperti sel-sel ginjal, membuatnya berpikir bahwa sel-sel tersebut tidak mungkin dihasilkan pada hewan dengan otak manusia yang akan menimbulkan kebingungan etika.

Walaupun banyak tantangan dan masih perlu berjalan jauh, Lai dan timnya merasa telah mencapai suatu pencapaian di bidang ini. Para ilmuwan optimis bahwa dengan waktu dan upaya, mereka mungkin dapat mengatasi tantangan-tantangan ini juga. (Salma Permata Dewi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro