Bisnis.com, JAKARTA -- Polusi udara di Jakarta masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Anak-anak yang masih harus berangkat ke sekolah setiap hari harus dilindungi dari bahaya polusi.
Dilansir dari data Air Quality Indeks per Jumat (22/9/2023), indeks kualitas udara di Jakarta mencapai angka 154. Angka ini menunjukkan udara Jakarta tergolong tidak sehat khususnya bagi kelompok sensitif.
Paparan polusi juga menjadi penyebab dari berbagai penyakit. Tak hanya penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), tapi juga penyakit lainnya seperti penyakit kulit eksim hingga menyebabkan stres.
Baca Juga Polusi Jakarta Ranking 3 Dunia Pagi Ini |
---|
Dokter Spesialis Paru Erlina Burhan mengatakan bagi para orang tua yang memiliki anak sekolah, bisa melakukan sejumlah langkah untuk melindungi anak yang masih harus berangkat dan bersekolah dari dampak polusi udara.
Pertama, Dokter Erilina menyarankan untuk orang tua agar menganjurkan anak memakai masker sepanjang jalan saat berangkat sekolah.
"Harapannya, mudah-mudahan pihak sekolah juga sudah memikirkan untuk menyediakan filter udara atau air purifier," katanya di media sosial X, dikutip pada Jumat (22/9/2023).
Sekolah juga bisa membantu dengan menghidupkan AC dan juga memakai filter udara supaya anak-anak yang biasanya berada di dalam kelas selama 4-6 jam dan tetap terhindar dari menghirup polutan yang berbahaya.
Untuk melindungi anak-anak, orang tua juga bisa mengomunikasikan kepada guru dan kepala sekolah untuk menciptakan suasana yang kondusif di dalam kelas.
Selain itu orang tua juga harus menjaga nutrisi anak agar dapat meningkatkan imunitas, membatasi aktivitas di luar ruangan, dan sebagai gantinya orang tua bisa menemani anak beraktivitas di dalam ruangan.
"Prinsipnya biasakanlah memeriksa kualitas udara sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan. Sehingga bisa menghindari area sumber polusi yang tinggi. Biasakan juga pakai masker dan hidup bersih. Lalu segera konsultasikan ke dokter jika Anda dan anak ada keluhan pernapasan, tambahnya.
Paparan polusi udara yang terus menerus tak hanya memberikan dampak kesehatan bagi orang dewasa atau kelompok rentan seperti orang lanjut usia atau yang sudah memiliki penyakit.
Pasalnya, polutan yang berukuran sangat halus di bawah PM2,5 bahkan tidak hanya bisa terhirup tapi bisa sampai ke aliran pembuluh darah. Sehingga bisa berdampak sampai ke bayi yang ada dalam kandungan.
Paparan polusi udara di seluruh dunia menyebabkan dampak negatif pada anak, tidak hanya gangguan kesehatan, tapi juga gangguan belajar mengajar, dan kesejahteraan anak secara umum.
Anak-anak lebih rentan dibanding kelompok usia yang lain karena mereka bernapas dengan laju lebih besar, sehingga kalau dihitung per kilogram berat badan, udara yang dihirup lebih banyak sehingga polutan yang terhirup lebih banyak.
Polusi udara juga turut menyumbang stunting pada anak, mulai dari perkembangan paru yang tidak maksimal sehingga mengurangi fungsi paru.
Polutan yang sudah terserap ke aliran darah menyebabkan gangguan di aliran darah dan menyusutkan volume paru bahkan dari sebelum bayi dilahirkan.
Hal ini yang kemudian meningkatkan risiko terjadinya asma pada anak dan meningkatkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, dan secara tumbuh kembang bisa mengganggu masalah saraf, menyebabkan gangguan mental, gerak motorik kasar dan halus, dan gangguan tingkah laku pada anak.