Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menargetkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.
Hal ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan untuk mencapai target tersebut, membutuhkan tidak hanya program intervensi gizi namun juga upaya-upaya prevensi atau pencegahan.
Menkes menyampaikan bahwa penanganan stunting harus dilakukan, bahkan dimulai sejak ibu sebelum hamil, pada saat hamil, dan setelah melahirkan guna memastikan anakanak sehat dan tidak kekurangan gizi.
Dia mengatakan pencegahan stunting pada anak bisa dilakukan ketika merasa berat badan balita tidak naik.
"Jika itu terjadi, harus intervensi dengan memberi makanan kaya protein hewani, seperti telur, ikan dan ayam," paparnya.
Selain pemenuhan protein hewani, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir potensi stunting pada anak.
Dikutip dari laman resmi Kemenkes, berikut tips mencegah stunting pada anak
1. Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan
2. Memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala
3. Mengkonsumsi secara rutin Tablet tambah Darah (TTD)
4. Memberikan MPASI yang begizi dan kaya protein hewani untuk bayi yang berusia diatas 6 bulan
Dengan melakukan berbagai cara mencegah stunting pada anak diatas, diharapkan mampu meminimalisir potensi stunting pada anak-anak di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa gejala stunting pada anak yang harus diwaspadai oleh para orangtua, diantaranya adalah:
1. Pertumbuhan tulang pada anak yang tertunda
2. Berat badan rendah apabila dibandingkan dengan anak seusianya
3. Sang anak berbadan lebih pendek dari anak seusianya
4. Proporsi tubuh yang cenderung normal tapi tampak lebih muda/kecil untuk seusianya.
Sementara itu, Axton Salim, Koordinator Scaling Up Nutrition Business Network (SBN) Indonesia yang sekaligus Ketua Kelompok Kerja Stunting APINDO dan Ketua Bidang Pembangunan Berkelanjutan/SDGs SDM unggul tidak terlepas dari pemenuhan gizi.
Dia memaparkan ada tiga prioritas SBN Indonesia terhadap percepatan perbaikan gizi di Indonesia yaitu intervensi dan edukasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) & remaja, gizi seimbang serta sanitasi dan higienitas.
Menurutnya, diperlukan upaya prevensi dan intervensi untuk mengatasi isu gizi termasuk stunting. Prevensi dilakukan dengan memberikan edukasi kepada remaja, ibu hamil dan menyusui agar memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik.
Tidak hanya itu, upaya intervensi juga dilakukan dengan memberikan makanan bergizi sesuai pedoman dari Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI. Namun, kami menyadari untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia perlu dukungan dunia usaha untuk saling bersinergi.
“SBN Indonesia bersama dengan APINDO melakukan kampanye Gerakan Anak Sehat (GAS) yang merupakan Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (KIPAS) APINDO, gerakan ini merupakan integrasi antara
prevensi dan intervensi pangan dengan target kepada sekitar 3.600 peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui dan bayi dari usia 6-24 bulan di tiga lokasi yakni Kabupaten Bogor, Kota Serang dan Kabupaten
Purbalingga,” papar Axton.
Axton Salim yang juga Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk menjelaskan bahwa dalam mengatasi 3 isu gizi nasional yaitu gizi kurang, obesitas dan defisiensi mikronutrien perlu dilakukan beragam upaya intervensi dan prevensi.