Bisnis.com, JAKARTA — Depresi merupakan gangguan mental yang paling sering terjadi. Faktanya Depresi memiliki kaitan dengan masalah metabolisme hingga beresiko pada kematian.
Depresi adalah gangguan mental yang melibatkan suasana hati yang tertekan atau kehilangan kesenangan atau minat dalam aktivitas untuk jangka waktu yang lama.
Depresi bisa terjadi pada siapa saja dan sering terjadi pada orang-orang yang pernah mengalami pelecehan, kehilangan seseorang, atau peristiwa-peristiwa yang membuat stres lainnya. Wanita lebih mungkin untuk mengalami depresi dibandingkan pria.
Penelitian terbaru mengungkap hubungan yang lebih dalam antara depresi dan kesehatan fisik, hingga penjelasan tentang kaitan depresi dengan gangguan metabolisme yang mungkin berperan.
Dilansir psychologytoday.com pada Senin (30/10/2023), sebuah penelitian yang baru saja dipublikasikan di JAMA Network Open yang berjudul "Depressive Symptoms and Mortality Among US Adults" telah menyoroti aspek penting dari depresi yang memerlukan perhatian.
Penelitian ini, yang meneliti sampel yang beragam dan mewakili lebih dari 23.000 orang dewasa Amerika secara nasional, mengungkapkan hubungan yang mencolok antara gejala depresi dan kematian, khususnya pada bidang penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung iskemik.
Studi ini menemukan bahwa individu dengan gejala depresi sedang hingga berat menghadapi risiko lebih tinggi terhadap semua penyebab kematian, akibat penyakit kardiovaskular, dan kematian akibat penyakit jantung iskemik. Angka-angka tersebut menarik: orang-orang dengan gejala depresi sedang hingga berat memiliki kemungkinan 62% lebih besar untuk meninggal dini. Namun yang lebih menarik adalah bagaimana faktor gaya hidup ikut berperan.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa faktor gaya hidup mungkin berperan dalam 11% hingga 16% hubungan antara depresi dan kematian. Hal ini memberikan pengetahuan tentang pola makan dan tingkat aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan fisik.
Gejala depresi bisa menjadi tanda bahwa proses metabolisme otak sedang terganggu. Misalnya, perasaan lelah, energi rendah, perubahan nafsu makan, dan kehilangan minat dalam aktivitas bukan hanya penanda psikologis dari depresi tetapi juga bisa menjadi indikator perubahan metabolisme yang mendasarinya. Perubahan ini pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan kardiovaskuler dan kesehatan secara keseluruhan.
Gangguan metabolisme dapat menyebabkan peradangan sistemik, stres oksidatif, dan disregulasi hormon seperti kortisol, yang semuanya dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit kardiovaskular dan kondisi kronis lainnya. Intinya, depresi dapat berfungsi sebagai penjaga, mengingatkan pada potensi gangguan metabolisme yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap risiko kematian. (Ernestina Jesica Toji)