Bisnis.com, JAKARTA - Kasus Covid-19 dilaporkan melonjak di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Namun, sejumlah pakar mengatakan tidak perlu menerapkan aturan ketat seperti saat pandemi tiga tahun belakangan.
Pemerintah negara-negara di Asia Tenggara telah bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19 dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang datang ke negara-negara tersebut menjelang liburan akhir tahun.
Malaysia telah mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Tinggi, sebuah protokol intervensi dini berdasarkan tingkat infeksi dan kematian serta tingkat rawat inap untuk memantau dan merespons infeksi dengan lebih baik.
Singapura, Thailand, dan Indonesia juga telah mengeluarkan imbauan yang meminta masyarakat untuk memakai masker dan mendapatkan vaksinasi.
Jumlah kasus Covid-19 telah melonjak sebanyak 75 persen di negara-negara tersebut sejak awal bulan ini, sehingga jumlah kasus mencapai puluhan ribu.
Namun, pada kejadian lonjakan kasus kali ini, para ahli mengatakan tidak perlu sampai melakukan lockdown atau penutupan perbatasan, karena pemerintah sudah lebih siap, memastikan bahwa perekonomian dan dunia usaha akan tetap terbuka dan tidak terganggu.
Pada saat yang sama, warga dan wisatawan diimbau untuk melakukan bagian mereka untuk tetap aman saat mereka bepergian dari tempat berkumpul ke tempat berkumpul dan dari satu tempat ke tempat lain.
Bedasarkan data terbaru, infeksi Covid-19 baru di Malaysia melonjak sebesar 62,2 persen menjadi 20.696 pada minggu 10-16 Desember. Dari kasus-kasus tersebut, 97 persen merupakan kasus ringan, meskipun 96 pasien menggunakan ventilator dan mencatat 28 kematian.
Varian omicron yang sangat menular merupakan varian yang dominan.
Pada Rabu, Kementerian Kesehatan setempat mengumumkan akan mengaktifkan 235 pusat vaksinasi di klinik pemerintah untuk meningkatkan cakupan vaksinasi.
Adapun, Kementerian Kesehatan Malaysia pada awal pekan ini mengatakan tidak akan memberlakukan lockdown, meskipun pihak berwenang mendorong masyarakat untuk tetap waspada dengan mengenakan masker di dalam ruangan dan mendapatkan vaksinasi.
Negara tetangganya, Singapura, juga telah mengambil langkah-langkah setelah lonjakan infeksi. Pada Selasa (19/12/2023), Kementerian Kesehatan Singapura memulai pembaruan harian mengenai kasus-kasus virus corona di situs webnya untuk memberikan informasi terkini mengenai situasi selama periode lonjakan kasus ini.
Langkah-langkah tambahan ini diambil setelah pada 15 Desember mengumumkan bahwa infeksi di negara tersebut melonjak 75 persen menjadi lebih dari 56.000 kasus pada minggu 3-9 Desember.
Menyusul lonjakan tersebut, Kementerian Kesehatan Singapura juga mengatakan pihaknya “sangat menganjurkan” warga dan wisatawan untuk memakai masker di tempat-tempat ramai dan bandara meskipun mereka tidak sedang sakit, terutama di dalam ruangan atau di sekitar orang-orang yang rentan.
Para ahli mengatakan sub-varian omikron mendorong lonjakan ini. Mutasi yang sangat menular umumnya menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah dibandingkan varian sebelumnya. Meskipun sudah melewati masa puncaknya, mereka terus beredar secara global.
Azrul Mohd Khalib, kepala eksekutif di Pusat Kebijakan Kesehatan dan Sosial Galen di Kuala Lumpur, mengatakan bahwa sejak varian dan sub-varian yang berbeda mulai beredar, telah terjadi lonjakan secara berkala, terutama sekarang karena perjalanan global telah dimulai kembali.
“Lonjakan yang terjadi saat ini disebabkan oleh meningkatnya pergerakan masyarakat dan yang paling penting adalah menurunnya kekebalan penduduk,” ujarnya, dilansir Nikkei Asia, Kamis (21/12/2023).
Asia Tenggara secara bertahap dibuka kembali pada tahun 2022, menyambut kembali wisatawan. Dengan pelonggaran pembatasan yang mendorong pemulihan pariwisata dan bisnis, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi sesekali menjadi pengingat akan cengkeraman pandemi yang masih ada.
Di Thailand, kasus baru kini berjumlah sekitar 5.000 per hari, angka tertinggi selama lima bulan terakhir, menurut Kementerian Kesehatan setempat.
Tren kasusnya meningkat sejak negara tersebut pada Oktober 2022 dibuka kembali sepenuhnya untuk wisatawan asing, yang pemasukannya sebelum pandemi menyumbang sekitar 18 persen dari produk domestik bruto Thailand.
Bulan ini, pemerintah setempat mengambil tindakan untuk lebih meningkatkan perekonomian dengan mengizinkan bar, klub malam, dan restoran di kawasan kehidupan malam tertentu tetap buka hingga jam 4 pagi.
“Ada lebih banyak festival dan perayaan selama periode akhir tahun,” kata Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand dalam pernyataannya baru-baru ini, “yang dapat menyebabkan tingkat infeksi COVID-19 lebih tinggi.”
Di Indonesia, Pemerintah juga telah melaporkan bahwa infeksi meningkat tiga kali lipat sejak awal Desember. Kementerian Kesehatan “sangat” mendesak masyarakat untuk mendapatkan suntikan vaksin booster sebelum menghadiri pertemuan atau pergi liburan.
Sementara itu, Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta, juga telah bersiap untuk menerapkan kembali protokol kesehatan.
Anggota parlemen Malaysia dan mantan penasihat menteri kesehatan Malaysia, Kelvin Yii, mengatakan meskipun ada peningkatan jumlah pasien rawat inap, dia yakin situasinya terkendali karena sebagian besar kasus hanya memerlukan pengobatan rawat jalan atau karantina mandiri.
Yii menekankan bahwa masyarakat harus melakukan perannya untuk tetap aman, seperti dengan menyelesaikan vaksinasi atau memakai masker di tempat keramaian.
“Tidak perlu menerapkan pembatasan seperti di era pandemi karena kita lebih sadar akan patogenesis penyakit ini dan lebih siap menghadapinya. Kita perlu menangani ini sebagai fase endemik Covid-19,” katanya.